Minggu, 03 Februari 2019

PENYAKIT 'AIN, SEBAB, PENCEGAHAN DAN TERAPINYA

📋 PENYAKIT 'AIN, SEBAB, PENCEGAHAN DAN TERAPINYA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

➡ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا

“Penyakit ’ain itu benar adanya, andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila kalian diminta mandi (untuk mengobati orang yang kalian timpakan penyakit ‘ain) maka mandilah.” [HR. Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma]

📝 #BEBERAPA_PELAJARAN:

1) Penyakit ‘ain, adalah penyakit apa saja yang disebabkan oleh pandangan mata yang disertai sifat iri atau rasa takjub terhadap yang dipandang, dapat terjadi dari orang yang dengki atau orang yang cinta, dari orang yang jahat atau orang yang shalih, dengan izin Allah 'azza wa jalla.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

والعين نظر باستحسان مشوب بحسد من خبيث الطبع يحصل للمنظور منه ضرر

“Penyakit ’ain adalah pandangan suka disertai hasad yang berasal dari kejelekan tabiat, yang dapat menyebabkan orang yang dipandang itu tertimpa suatu bahaya.” [Fathul Bari, 10/200]

Beliau rahimahullah juga berkata ketika menjelaskan diantara pelajaran dari kisah Sahl bin Hunaif radhiyallahu’anhu (lihat haditsnya di poin 5),

وَأَنَّ الْعَيْنَ تَكُونُ مَعَ الْإِعْجَابِ وَلَوْ بِغَيْرِ حَسَدٍ وَلَوْ مِنَ الرَّجُلِ الْمُحِبِّ وَمِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ

“Bahwa ‘ain dapat terjadi bersama rasa takjub walau tanpa adanya sifat iri, walau dari orang yang mencintai dan dari seorang yang shalih (tanpa disengaja).” [Fathul Baari, 10/205]

2) Penyakit ‘ain tidak terjadi kecuali dengan izin Allah ta’ala, dan telah Allah ta’ala takdirkan.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

وَالْمَعْنَى أَنَّ الَّذِي يُصِيبُ مِنَ الضَّرَرِ بِالْعَادَةِ عِنْدَ نَظَرِ النَّاظِرِ إِنَّمَا هُوَ بِقَدَرِ اللَّهِ السَّابِقِ لَا بِشَيْءٍ يُحْدِثُهُ النَّاظِرُ فِي الْمَنْظُورِ

“Maknanya bahwa orang yang tertimpa bahaya karena sesuatu yang telah Allah ta’ala tetapkan ketika seseorang memandangnya, hakikatnya terjadi dengan takdir Allah ta’ala yang telah ditetapkan sebelumnya, bukan sesuatu yang baru saja diciptakan oleh orang yang memandang terhadap yang dipandang.” [Fathul Baari, 10/203]

3) Hadits yang mulia ini juga menunjukkan besarnya bahaya yang Allah ta’ala ciptakan dalam penyakit ‘ain, bahkan bisa membunuh, maka jangan diremehkan.

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,

فِي الْحَدِيثِ إِثْبَاتُ الْقَدَرِ وَصِحَّةُ أَمْرِ الْعَيْنِ وَأَنَّهَا قَوِيَّةُ الضَّرَر

“Dalam hadits ini terdapat penetapan keimanan terhadap takdir Allah ta’ala dan benarnya perkara ‘ain dan bahwasannya ia sangat berbahaya.” [Fathul Baari, 10/204]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

وَأَنَّ الْإِصَابَةَ بِالْعينِ قد تقتل وقد اختلف فِي جَرَيَانِ الْقِصَاصِ بِذَلِك

“Bahwa menimpakan penyakit ‘ain bisa saja membunuh, dan telah terjadi khilaf ulama tentang penerapan hukum qishosh padanya.” [Fathul Baari, 10/205]

4) Apabila seseorang melihat sesuatu yang mengagumkan pada diri saudaranya, hendaklah ia mendoakan keberkahan untuknya (seperti mengucapkan: “Baarokallaahu fiyk” Semoga Allah memberkahimu), inilah cara untuk mencegah penyakit ‘ain...

KEUTAMAAN ILMU AGAMA

📚 KEUTAMAAN ILMU AGAMA

🥀 Ilmu Agama Sebab Terhindar Dari Laknat Allah & Sebab Kebahagian🥀

▪Orang yang memiliki ilmu agama akan dikecualikan dari laknat Allah ta'ala ketika di dunia. Sebagaimana sabda Rasulallah shalallahu'alaihi wa sallam,

أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلَّا ذِكْرُ اللهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِـمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ.

"Sesungguhnya dunia itu terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, serta orang yang memiliki ilmu (Agama), dan yang mempelajari ilmu (Agama)". (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, & Ibnu 'Abdil Barr)

▪Ilmu juga merupakan jalan kebaikan di dunia dan akhirat, sebagaimana makna dari firman Allah subhanahu wata'ala,

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً

"Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat". (QS. Al-Baqarah, 201)

~Al-Hasan rahimahullaah menafsirkan makna ayat tentang kebaikan di dunia yaitu, "ilmu dan ibadah". Sedang makna ayat kebaikan akhirat adalah "surga-Nya Allah"

Dan sesungguhnya kebaikan dunia yang paling agung adalah ilmu yang bermanfaat dan amalan yang shalih.
📚(Al-Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu)

~Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah, juga menafsirkan makna ayat tersebut yaitu, kebaikan di dunia adalah "rizki yang baik dan ilmu (Agama)" sedangkan kebaikan di akhirat adalah "surga-Nya Allah".
📚(Jaami Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi)

✍🏻Abu Zubair hafizhahullah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖