Kamis, 26 Juni 2014

Penghambat Menuntut Ilmu

  Penghambat-penghambat Menuntut ILMU

1. Niat yang rusak.
Seperti keinginan mencari ilmu karena dunia, atau mencari popularitas dan kemasyhuran, sehingga menjadikan seorang penuntut ilmu matang sebelum waktunya, akibatnya bertebaran da'i da'i karbitan.

2. Menyia-nyiakan majlis ilmu.
Padahal majlis ilmu adalah majlis yang turun padanya sakinah, rahmat Allah meliputinya, para malaikat mengelilinginya, dan Allah membanggakan mereka di hadapan para malaikatNya.

3. Beralasan dengan kesibukan.
Ini adalah alasan yang dijadikan oleh setan untuk menghambat banyak manusia dari ilmu, dimana kesibukan bekerja menutup jalan menuju ilmu.
Padahal bila ia bersungguh-sungguh, tentu ia akan mampu menyediakan waktu itu menuntut ilmu.

4. Terlalu mengikuti perkembangan zaman.
Ini sering menimpa banyak aktivis islam dengan istilah fiqih waqi'.
Padahal untuk menjawab problematika umat membutuhkan kekokohan ilmu dan pemahaman yang dalam.

5. Merekomendasi diri sendiri.
Ia merasa telah memiliki banyak ilmu, karena sudah punya blog di internet, atau media dakwah lainnya. Lalu manusia memandang dia sebagai 'alim, sehingga ia merasa puas dengan sesuatu yang ia tidak miliki.

6. Tidak mengamalkan ilmu.
Ini berakibat hilangnya keberkahan ilmu: "Sangat besar kemurkaan Allah kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak lakukan". (Ash Shaff: 3).

7. Merasa minder.
Dia pun malu untuk menghadiri majlis ilmu, padahal para ulama dahulunya bodoh lalu menuntut ilmu sehingga merekapun menjadi ulama.

8. Beralasan dengan "nanti".
Bila ada kesempatan, ia berkata, "Nanti.."
Padahal ia tidak tahu kapan ajal menjelang..
Para salaf terdahulu berkata, "Nanti adalah balatentara setan."

9. Menyia-nyiakan waktu.
Dengan mengisi waktunya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, padahal tanda kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.

(Dari kitab Ma'alim fii thariiq thalabil 'ilmi karya Syaikh Abdul 'Aziz As Sadhan).

-------
      

Shalat Rawatib

Sesungguhnya diantara hikmah dan
rahmat Allah atas hambanya adalah
disyariatkannya At-tathowwu’ (ibadah
tambahan). Dan dijadikan pada ibadah
wajib diiringi dengan adanya at-
tathowwu’ dari jenis ibadah yang
serupa. Hal itu dikarenakan untuk
melengkapi kekurangan yang terdapat
pada ibadah wajib.
Dan sesungguhnya at-
tathowwu’ (ibadah sunnah) di dalam
ibadah sholat yang paling utama adalah
sunnah rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam senantiasa mengerjakannya
dan tidak pernah sekalipun
meninggalkannya dalam keadaan mukim
(tidak bepergian jauh).
Mengingat pentingnya ibadah ini, serta
dikerjakannya secara berulang-ulang
sebagaimana sholat fardhu, sehingga
saya (penulis) ingin menjelaskan
sebagian dari hukum-hukum sholat
rawatib secara ringkas:
1. Keutamaan Sholat Rawatib
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah
meriwayatkan sebuah hadits tentang
keutamaan sholat sunnah rawatib, dia
berkata: saya mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Barangsiapa yang sholat dua belas
rakaat pada siang dan malam, maka
akan dibangunkan baginya rumah di
surga “. Ummu Habibah berkata: saya
tidak pernah meninggalkan sholat
sunnah rawatib semenjak mendengar
hadits tersebut. ‘Anbasah berkata:
Maka saya tidak pernah
meninggalkannya setelah mendengar
hadits tersebut dari Ummu Habibah.
‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak
pernah meninggalkannya setelah
mendengar hadits tersebut dari
‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata:
Saya tidak pernah meninggalkannya
setelah mendengar hadits tersebut dari
‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728).
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah
meriwayatkan sebuah hadits tentang
sholat sunnah rawatib sebelum
(qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “ Dua
rakaat sebelum shubuh lebih baik dari
dunia dan seisinya “. Dalam riwayat
yang lain, “ Dua raka’at sebelum shubuh
lebih aku cintai daripada dunia
seisinya ” (HR. Muslim no. 725)
Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini
merupakan yang paling utama di antara
sholat sunnah rawatib dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
meninggalkannya baik ketika mukim
(tidak berpegian) maupun dalam
keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah
meriwayatkan tentang keutamaan
rawatib dzuhur, dia berkata: saya
mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang
menjaga (sholat) empat rakaat sebelum
dzuhur dan empat rakaat sesudahnya,
Allah haramkan baginya api neraka“.
(HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269,
At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814,
Ibnu Majah no. 1160)
2. Jumlah Sholat Sunnah Rawatib
Hadits Ummu Habibah di atas
menjelaskan bahwa jumlah sholat
rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan
hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh
At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari
‘Aisyah radiyallahu ‘anha , ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “ Barangsiapa yang tidak
meninggalkan dua belas (12) rakaat
pada sholat sunnah rawatib, maka Allah
akan bangunkan baginya rumah di
surga, (yaitu): empat rakaat sebelum
dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya,
dan dua rakaat sesudah maghrib, dan
dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua
rakaat sebelum subuh “. (HR. At-
Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
3. Surat yang Dibaca pada Sholat
Rawatib Qobliyah Subuh
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu ,
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pada sholat sunnah
sebelum subuh membaca surat Al
Kaafirun ( ﻗﻞ ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ ) dan surat Al
Ikhlas ( ﻗﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ ) .” (HR. Muslim no.
726)
Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya
Ibnu Abbas mengkhabarkan kepadanya:
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pada sholat sunnah
sebelum subuh dirakaat pertamanya
membaca: ( ﻗﻮﻟﻮﺍ ﺁﻣﻨﺎ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺇﻟﻴﻨﺎ ) (QS.
Al-Baqarah: 136), dan dirakaat
keduanya membaca: ( ﺁﻣﻨﺎ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺍﺷﻬﺪ ﺑﺄﻧﺎ
ﻣﺴﻠﻤﻮﻥ ) (QS. Ali Imron: 52). (HR. Muslim
no. 727)
4. Surat yang Dibaca pada Sholat
Rawatib Ba’diyah Maghrib
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha , dia
berkata: Saya sering mendengar
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam
ketika beliau membaca surat pada sholat
sunnah sesudah maghrib:” surat Al
Kafirun ( ﻗﻞ ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ ) dan surat Al
Ikhlas ( ﻗﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ ) . (HR. At-Tarmidzi
no. 431, berkata Al-Albani: derajat
hadits ini hasan shohih, Ibnu Majah no.
1166)
5. Apakah Sholat Rawatib 4 Rakaat
Qobiyah Dzuhur Dikerjakan dengan
Sekali Salam atau Dua Kali Salam?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin
rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib
terdapat di dalamnya salam, seseorang
yang sholat rawatib empat rakaat maka
dengan dua salam bukan satu salam,
karena sesungguhnya nabi bersabda:
“Sholat (sunnah) di waktu malam dan
siang dikerjakan dua rakaat salam dua
rakaat salam”. ( Majmu’ Fatawa As-
Syaikh Al-Utsaimin 14/288)
6. Apakah Pada Sholat Ashar Terdapat
Rawatib?
As-Syaikh Muammad bin Utsaimin
rahimahullah berkata, “Tidak ada
sunnah rawatib sebelum dan sesudah
sholat ashar, namun disunnahkan sholat
mutlak sebelum sholat ashar”. (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/343)
7. Sholat Rawatib Qobliyah Jum’at
As-Syaikh Abdul ‘Azis bin Baz
rahimahullah berkata: “Tidak ada
sunnah rawatib sebelum sholat jum’at
berdasarkan pendapat yang terkuat di
antara dua pendapat ulama’. Akan
tetapi disyari’atkan bagi kaum muslimin
yang masuk masjid agar mengerjakan
sholat beberapa rakaat
semampunya” ( Majmu’ Fatawa As-
Syaikh Bin Baz 12/386&387)
8. Sholat Rawatib Ba’diyah Jum’at
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila seseorang di
antara kalian mengerjakan sholat
jum’at, maka sholatlah sesudahnya
empat rakaat “. (HR. Muslim no. 881)
As-Syaikh Bin Baz rahimahullah
berkata, “Adapun sesudah sholat jum’at,
maka terdapat sunnah rawatib
sekurang-kurangnya dua rakaat dan
maksimum empat rakaat” ( Majmu’
Fatawa As-Syaikh Bin Baz 13/387)
9. Sholat Rawatib Dalam Keadaan Safar
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,
“Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam
didalam safar senantiasa mengerjakan
sholat sunnah rawatib sebelum shubuh
dan sholat sunnah witir dikarenakan dua
sholat sunnah ini merupakan yang paling
utama di antara sholat sunnah, dan
tidak ada riwayat bahwasannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan sholat sunnah selain
keduanya”. ( Zaadul Ma’ad 1/315).
As-Syaikh Bin Baz rahimahullah
berkata: “Disyariatkan ketika safar
meninggalkan sholat rawatib kecuali
sholat witir dan rawatib sebelum subuh”.
( Majmu’ Fatawa 11/390).
10. Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib
Dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “ Lakukanlah di
rumah-rumah kalian dari sholat-sholat
dan jangan jadikan rumah kalian bagai
kuburan“. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim
no. 777)
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin
rahimahullah berkata: “Sudah
seyogyanya bagi seseorang untuk
mengerjakan sholat rawatib di
rumahnya…. meskipun di Mekkah dan
Madinah sekalipun maka lebih utama
dikerjakan dirumah dari pada di masjid
Al-Haram maupun masjid An-Nabawi;
karena saat Nabi shallallahu a’alihi
wasallam bersabda sementara beliau
berada di Madinah….. Ironisnya manusia
sekarang lebih mengutamakan
melakukan sholat sunnah rawatib di
masjidil haram, dan ini termasuk bagian
dari kebodohan”. ( Syarh Riyadhus
Sholihin , 3/295)
11. Waktu Mengerjakan Sholat Rawatib
Ibnu Qudamah berkata: “Setiap sunnah
rawatib qobliyah maka waktunya dimulai
dari masuknya waktu sholat fardhu
hingga sholat fardhu dikerjakan, dan
sholat rawatib ba’diyah maka waktunya
dimulai dari selesainya sholat fardhu
hingga berakhirnya waktu sholat fardhu
tersebut “. (Al-Mughni 2/544)
12. Mengganti (mengqodho’) Sholat
Rawatib
Dari Anas radiyallahu ‘anhu dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang lupa akan
sholatnya maka sholatlah ketika dia
ingat, tidak ada tebusan kecuali hal
itu“. (HR. Bukhori no. 597, Muslim no.
680)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata: “Dan hadits ini
meliputi sholat fardhu, sholat malam,
witir, dan sunnah rawatib”. ( Majmu’
Fatawa Ibnu Taimiyah, 23/90)
13. Mengqodho’ Sholat Rawatib Di Waktu
yang Terlarang
Ibnu Qoyyim berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam meng- qodho’
sholat ba’diyah dzuhur setelah ashar,
dan terkadang melakukannya terus-
menerus, karena apabila beliau
melakukan amalan selalu
melanggengkannya. Hukum mengqodho’
diwaktu-waktu terlarang bersifat umum
bagi nabi dan umatnya, adapun
dilakukan terus-menerus pada waktu
terlarang merupakan kekhususan nabi”.
( Zaadul Ma’ad 1/308)
14. Waktu Mengqodho’ Sholat Rawatib
Sebelum Subuh
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “ Barangsiapa yang
belum mengerjakan dua rakaat sebelum
sholat subuh, maka sholatlah setelah
matahari terbit“. (At-Tirmdzi 423, dan
dishahihkan oleh Al-albani)
Dan dari Muhammad bin Ibrahim dari
kakeknya Qois, berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam keluar rumah
mendatangi sholat kemudian qomat
ditegakkan dan sholat subuh dikerjakan
hingga selesai, kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berpaling menghadap
ma’mum, maka beliau mendapati saya
sedang mengerjakan sholat, lalu
bersabda: “Sebentar wahai Qois apakah
ada sholat subuh dua kali? “. Maka saya
berkata: Wahai rasulullah sungguh saya
belum mengerjakan sholat sebelum
subuh, Tasulullah bersabda: “ Maka tidak
mengapa “. (HR. At-Tirmidzi). Adapun
pada Abu Dawud dengan lafadz: “Maka
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
diam (terhadap yang dilakukan Qois)”.
(HR. At-tirmidzi no. 422, Abu Dawud no.
1267, dan Al-Albani menshahihkannya)
As-Syaikh Muhammad bin Ibrahim
rahimahullah berkata: “Barangsiapa
yang masuk masjid mendapatkan
jama’ah sedang sholat subuh, maka
sholatlah bersama mereka. Baginya
dapat mengerjakan sholat dua rakaat
sebelum subuh setelah selesai sholat
subuh, tetapi yang lebih utama adalah
mengakhirkan sampai matahari naik
setinggi tombak” ( Majmu’ Fatawa As-
Syaikh Muhammad bin Ibrahim 2/259
dan 260)
15. Jika Sholat Subuh Bersama Jama’ah
Terlewatkan, Apakah Mengerjakan
Sholat Rawatib Terlebih Dahulu atau
Sholat Subuh?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin
rahimahullah berkata: “Sholat rawatib
didahulukan atas sholat fardhu (subuh),
karena sholat rawatib qobliyah subuh itu
sebelum sholat subuh, meskipun orang-
orang telah keluar selesai sholat
berjama’ah dari masjid” (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsatimin 14/298)
16. Pengurutan Ketika Mengqodho’
As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
berkata: “Apabila didalam sholat itu
terdapat rawatib qobliyah dan
ba’diyah, dan sholat rawatib
qobliyahnya terlewatkan, maka yang
dikerjakan lebih dahulu adalah ba’diyah
kemudian qobliyah, contoh: Seseorang
masuk masjid yang belum mengerjakan
sholat rawatib qobliyah mendapati imam
sedang mengerjakan sholat dzuhur,
maka apabila sholat dzuhur telah selesai,
yang pertamakali dikerjakan adalah
sholat rawatib ba’diyah dua rakaat,
kemudian empat rakaat qobliyah”.
( Syarh Riyadhus Sholihin , 3/283)
17. Mengqodho’ Sholat Rawatib yang
Banyak Terlewatkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata: “Diperbolehkan
mengqodho’ sholat rawatib dan
selainnya, karena merupakan sholat
sunnah yang sangat dianjurkan
( muakkadah)… kemudian jika sholat
yang terlewatkan sangat banyak, maka
yang utama adalah mencukupkan diri
mengerjakan yang wajib (fardhu),
karena mendahulukan untuk
menghilangkan dosa adalah perkara
yang utama, sebagaimana “Ketika
Rasulullah mengerjakan empat sholat
fardhu yang tertinggal pada perang
Khondaq, beliau mengqodho’nya secara
berturut-turut”. Dan tidak ada riwayat
bahwasannya Rasulullah mengerjakan
sholat rawatib diantara sholat-sholat
fardhu tersebut.…. Dan jika hanya satu
atau dua sholat yang terlewatkan, maka
yang utama adalah mengerjakan
semuanya sebagaimana perbuatan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat
sholat subuh terlewatkan, maka beliau
mengqodho’nya bersama sholat
rawatib”. ( Syarh Al-’Umdah , hal. 238)
18. Menggabungkan Sholat-sholat
Rawatib, Tahiyatul Masjid, dan Sunnah
Wudhu’
As-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di
rahimahullah berkata: “Apabila
seseorang masuk masjid diwaktu sholat
rawatib, maka ia bisa mengerjakan
sholat dua rakaat dengan niat sholat
rawatib dan tahiyatul masjid, dengan
demikian tertunailah dengan
mendapatkan keutamaan keduanya. Dan
demikian juga sholat sunnah wudhu’ bisa
digabungkan dengan keduanya (sholat
rawatib dan tahiyatul masjid), atau
digabungkan dengan salah satu dari
keduanya”. ( Al-Qawaid Wal-Ushul Al-
Jami’ah , hal. 75)
19. Menggabungkan Sholat Sebelum
Subuh dan Sholat Duha Pada Waktu
Dhuha
As-Syaikh Muhammad Bin Utsaimin
rahimahullah berkata: “Seseorang yang
sholat qobliyah subuhnya terlewatkan
sampai matahari terbit, dan waktu
sholat dhuha tiba. Maka pada keadaan
ini, sholat rawatib subuh tidak terhitung
sebagai sholat dhuha, dan sholat dhuha
juga tidak terhitung sebagai sholat
rawatib subuh, dan tidak boleh juga
menggabungkan keduanya dalam satu
niat. Karena sholat dhuha itu tersendiri
dan sholat rawatib subuh pun juga
demikian, sehingga tidaklah salah satu
dari keduanya terhitung (dianggap)
sebagai yang lainnya. (Majmu’ Fatawa
As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin, 20/13)
20. Menggabungkan Sholat Rawatib
dengan Sholat Istikharah
Dari Jabir bin Abdullah radiyallahu
‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengajarkan kami
sholat istikhorah ketika menghadapi
permasalahan sebagaimana
mengajarkan kami surat-surat dari Al-
Qur’an”, kemudian beliau bersabda:
“ Apabila seseorang dari kalian
mendapatkan permasalahan, maka
sholatlah dua rakaat dari selain sholat
fardhu… ” (HR. Bukhori no. 1166)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah
berkata: “Jika seseorang berniat sholat
rawatib tertentu digabungkan dengan
sholat istikhorah maka terhitung
sebagai pahala (boleh), tetapi berbeda
jika tidak diniatkan”. ( Fathul Bari
11/189)
21. Sholat Rawatib Ketika Iqomah Sholat
Fardhu Telah Dikumandangkan
Dari Abu Huroiroh radiyallahu ‘anhu ,
dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Apabila iqomah sholat telah
ditegakkan maka tidak ada sholat
kecuali sholat fardhu “. (HR. Muslim bi
As-syarh An-Nawawi 5/222)
An-Nawawi berkata: “Hadits ini
terdapat larangan yang jelas dari
mengerjakan sholat sunnah setelah
iqomah sholat dikumandangkan sekalipun
sholat rawatib seperti rawatib subuh,
dzuhur, ashar dan selainnya” ( Al-
Majmu’ 3/378)
22. Memutus Sholat Rawatib Ketika
Sholat Fardhu ditegakkan
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah berkata: “Apabila sholat
telah ditegakkan dan ada sebagian
jama’ah sedang melaksanakan sholat
tahiyatul masjid atau sholat rawatib,
maka disyari’atkan baginya untuk
memutus sholatnya dan mempersiapkan
diri untuk melaksanakan sholat fardhu,
berdasarkan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam: “Apabila iqomah sholat
telah ditegakkan maka tidak ada sholat
kecuali sholat fardhu.. “, akan tetapi
seandainya sholat telah ditegakkan dan
seseorang sedang berada pada posisi
rukuk dirakaat yang kedua, maka tidak
ada halangan bagi dia untuk
menyelesaikan sholatnya. Karena
sholatnya segera berakhir pada saat
sholat fardhu baru terlaksana kurang
dari satu rakaat”. (Majmu’ Fatawa
11/392 dan 393)
23. Apabila Mengetahui Sholat Fardhu
Akan Segera Ditegakkan, Apakah
Disyari’atkan Mengerjakan Sholat
Rawatib?
As-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata: “Sudah seharusnya (mengenai
hal ini) dikatakan: “Sesungguhnya tidak
dianjurkan mengerjakan sholat rawatib
diatas keyakinan yang kuat
bahwasannya sholat fardhu akan
terlewatkan dengan mengerjakannya.
Bahkan meninggalkannya (sholat
rawatib) karena mengetahui akan
ditegakkan sholat bersama imam dan
menjawab adzan (iqomah) adalah
perkara yang disyari’atkan. Karena
menjaga sholat fardhu dengan waktu-
waktunya lebih utama daripada sholat
sunnah rawatib yang bisa dimungkinkan
untuk diqodho’”. (Syarh Al-’Umdah , hal.
609)
24. Mengangkat Kedua Tangan Untuk
Berdo’a Setelah Menunaikan Sholat
Rawatib
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah berkata: “Sholat Rawatib:
Saya tidak mengetahui adanya
larangan dari mengangkat kedua
tangan setelah mengerjakannya untuk
berdo’a, dikarenakan beramal dengan
keumuman dalil (akan disyari’atkan
mengangkat tangan ketika berdo’a).
Akan tetapi lebih utama untuk tidak
melakukannya terus-menerus dalam hal
itu (mengangkat tangan), karena
tidaklah ada riwayat yang menyebutkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan demikian, seandainya
beliau melakukannya setiap selesai sholat
rawatib pasti akan ada riwayat yang
dinisbahkan kepada beliau. Padahal para
sahabat meriwayatkan seluruh
perkataan-perkataan dan perbuatan-
perbuatan rasulullah baik ketika safar
maupun tidak. Bahkan seluruh kehidupan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabat radiyallahu ‘anhum
tersampaikan”. (Arkanul Islam, hal. 171)
25. Kapan Sholat Rawatib Ketika Sholat
Fardhu DiJama’?
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Sholat rawatib dikerjakan setelah
kedua sholat fardhu dijama’ dan tidak
boleh dilakukan di antara keduanya.
Dan demikian juga sholat rawatib
qobliyah dzuhur dikerjakan sebelum
kedua sholat fardhu dijama’”. (Shahih
Muslim Bi Syarh An-Nawaw i, 9/31)
26. Apakah Mengerjakan Sholat Rawatib
Atau Mendengarkan Nasihat?
Dewan Tetap untuk Penelitian Ilmiyah
dan Fatwa Saudi: “Disyariatkan bagi
kaum muslimin jika mendapatkan nasihat
(kultum) setelah sholat fardhu
hendaknya mendengarkannya, kemudian
setelahnya ia mengerjakan sholat
rawatib seperti ba’diyah dzuhur,
maghbrib dan ‘isya” (Fatawa Al-Lajnah
Ad-Daimah LilBuhuts Al-’Alamiyah Wal-
Ifta’ , 7/234)
27. Mendahulukan Menyempurnakan
Dzikir-dzikir setelah Sholat Fardhu
Sebelum Menunaikan Sholat Rawatib
As-Syaikh Abdullah bin Jibrin
rahimahullah ditanya: “Apabila saya
mengerjakan sholat jenazah setelah
maghrib, apakah saya langsung
mengerjakan sholat rawatib setelah
selesai sholat jenazah ataukah
menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian
sholat rawatib?
Jawaban beliau rahimahullah : “Yang
lebih utama adalah duduk untuk
menyempurnakan dzikir-dzikir kemudian
menunaikan sholat rawatib. Maka
perkara ini disyariatkan baik ada atau
tidaknya sholat jenazah. Maka dzikir-
dzikir yang ada setelah sholat fardhu
merupakan sunnah yang selayaknya
untuk dijaga dan tidak sepantasnya
ditinggalkan. Maka jika anda memutus
dzikir tersebut karena menunaikan
sholat jenazah, maka setelah itu
hendaknya menyempurnakan dzikirnya
ditempat anda berada, kemudian
mengerjakan sholat rawatib yaitu sholat
ba’diyah. Hal ini mencakup rawatib
ba’diyah dzuhur, maghrib maupun ‘isya
dengan mengakhirkan sholat rawatib
setelah berdzikir”. (Al-Qoul Al-Mubin fii
Ma’rifati Ma Yahummu Al-Mushollin , hal.
471)
28. Tersibukkan Dengan Memuliakan
Tamu Dari Meninggalkan Sholat Rawatib
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin
rahimahullah berkata: “Pada dasarnya
seseorang terkadang mengerjakan amal
yang kurang afdhol (utama) kemudian
melakukan yang lebih afdhol (yang
semestinya didahulukan) dengan adanya
sebab. Maka seandainya seseorang
tersibukkan dengan memuliakan tamu di
saat adanya sholat rawatib, maka
memuliakan tamu didahulukan daripada
mengerjakan sholat rawatib”. (Majmu’
Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Sholih
Al-Utsaimin 16/176)
29. Sholatnya Seorang Pekerja Setelah
Sholat Fardhu dengan Rawatib Maupun
Sholat Sunnah lainnya.
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin
rahimahullah berkata: “Adapun sholat
sunnah setelah sholat fardhu yang
bukan rawatib maka tidak boleh. Karena
waktu yang digunakan saat itu
merupakan bagian dari waktu kerja
semisal aqad menyewa dan pekerjaan
lain. Adapun melakukan sholat rawatib
(ba’da sholat fardhu), maka tidak
mengapa. Karena itu merupakan hal
yang biasa dilakukan dan masih
dimaklumi (dibolehkan) oleh atasannya”.
30. Apakah Meninggalkan Sholat
Rawatib Termasuk Bentuk Kefasikan?
As-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah berkata: “Perkataan
sebagian ulama’: (Sesungguhnya
meninggalkan sholat rawatib termasuk
fasiq), merupakan perkataan yang
kurang baik, bahkan tidak benar.
Karena sholat rawatib itu adalah
nafilah (sunnah). Maka barangsiapa
yang menjaga sholat fardhu dan
meninggalkan maksiat tidaklah
dikatakan fasik bahkan dia adalah
seorang mukmin yang baik lagi adil. Dan
demikian juga sebagian perkataan
fuqoha’: (Sesungguhnya menjaga sholat
rawatib merupakan bagian dari syarat
adil dalam persaksian), maka ini adalah
perkataan yang lemah. Karena setiap
orang yang menjaga sholat fardhu dan
meninggalkan maksiat maka ia adalah
orang yang adil lagi tsiqoh. Akantetapi
dari sifat seorang mukmin yang
sempurna selayaknya bersegera
(bersemangat) untuk mengerjakan
sholat rawatib dan perkara-perkara
baik lainnya yang sangat banyak dan
berlomba-lomba untuk
mengerjakannya”. (Majmu’ Fatawa
11/382)
(Yang dimaksud adalah artikel tersebut:
http://fdawj.atspace.org/awwb/
th2/14.htm (pen.))
Faedah:
Ibmu Qoyyim rahimahullah berkata:
“Terdapat kumpulan sholat-sholat dari
tuntunan nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sehari semalam sebanyak 40
rakaat, yaitu dengan menjaga 17
rakaat dari sholat fardhu, 10 rakaat
atau 12 rakaat dari sholat rawatib, 11
rakaat atau 13 rakaat sholat malam,
maka keseluruhannya adalah 40 rakaat.
Adapun tambahan sholat selain yang
tersebutkan bukanlah sholat
rawatib…..maka sudah seharusnyalah
bagi seorang hamba untuk senantiasa
menegakkan terus-menerus tuntunan ini
selamanya hingga menjumpai ajal
(maut). Sehingga adakah yang lebih
cepat terkabulkannya do’a dan
tersegeranya dibukakan pintu bagi
orang yang mengetuk sehari semalam
sebanyak 40 kali? Allah-lah tempat
meminta pertolongan”. (Zadul Ma’ad
1/327)
Lembaran singkat ini saya ringkas dari
sebuah buku yang saya tulis sendiri
berjudul “Hukum-hukum Sholat Sunnah
Rawatib”.
Dan sholawat serta salam kepada nabi
kita muhammad shallalllahu ‘alaihi
wasallam dan keluarganya serta para
sahabatnya. Amiin
Ummul Hamaam, 1 Ramadhan 1431 H

Penulis: As-Syaikh Abdullah bin Za’li
Al-’Anziy
Sumber: Buletin Darul Qosim (www.dar-
alqassem.com )
Penerjemah: Abu Ahmad Meilana
Dharma Putra
Muroja’ah: Al-Ustadz Abu Raihana, MA.
Artikel www.muslim.or.id

Rabu, 18 Juni 2014

Persiapan Seorang Istri

Bismillaah

Persiapan Calon Istri
Yuk mulai kultwitnya #PersiapanCalonIstri 

1. Istri… hmmm, wanita hebat di belakang suami
| Hebatnya karena tempaan diri | Madrasah
pertama bagi anak2nya
pula #PersiapanCalonIstri

2. Menjadi istri itu mudah | Tanpa ilmu pun bisa❎| Tapi masa' mau jadi istri yang biasa2 aja ? Ga kan ? #PersiapanCalonIstri

3. Sejak muda, asahlah bakat keibuan dan
kedewasaan mu |Karena anak kita layak
mendapat ibu yang dewasa #PersiapanCalonIstri

4. Hafalan Qur'annya jgn lupa ditingkatin | Kelak
saat hamil, si anak bakal seneng banget
dilantunkan bacaan Qur'an dari ibunya.
#PersiapanCalonIstri

5. Berlatihlah sabar sejak sekarang | Karena
engkau akan sering bangun malam�� kelak saat
anakmu menangis. #PersiapanCalonIstri

6. Belajar lah mengatur keuangan | Istri itu
manajer keuangan rumah tangga������ | Biarkan
suamimu berfokus pada mencari, engkau yg
mengelolanya��. #PersiapanCalonIstri

7. Kemampuan mempercantik diri itu penting |
Berikan yang tercantik untuk suami seorang���� |
Jangan sering kumel di depannya :)����
#PersiapanCalonIstri

8. Bisa masak itu nilai plus | Menunjukkan rasa
cinta pada suami lewat perutnya | Dijamin suami betah makan dirumah�� :) #PersiapanCalonIstri

9. Biasakan jangan suka curhat pada lain jenis
sejak muda���� | Itu tanda kesetiaanmu pada suami kelak.�� #PersiapanCalonIstri

10. Olahragalah sejak sekarang ����| Semakin
langsing, semakin. lincah gerak ngurus rumah�� n suami kan ? :) #PersiapanCalonIstri

11. Spesialkan dirimu untuk suami mu saja |
Jika ada masa lalu, lupakan | Insya Allah
suamimu akan melupakannya juga. #PersiapanCalonIstri

12. Bangunlah sholat malam, saat ini tak apa
sendiri dulu�� | Kelak, bakal ada suamimu yg akan mengimami, tanda kesyukuran kalian.
#PersiapanCalonIstri

13. Puasa sunnah jadi tameng diri mu | Kelak, itu akan jadi benteng kesabaran saat urusan rumah
tangga begitu pelik. #PersiapanCalonIstri

14. Jaga rahimmu sejak sekarang | Itu akan jadi
tempat bermula bagi anak2mu kelak. #PersiapanCalonIstri

15. Belajarlah memaafkan setiap salah | Karena
rumah tangga itu tempat saling mengoreksi yang
salah, berjalan membenarkan bersama✅✅✅.
#PersiapanCalonIstri

16. Buang jauh2 ego�� | Ego tak akan menang
dalam rumah tangga, malah memperkeruh
suasana | Mendengar lebih banyak. #PersiapanCalonIstri

17. Belajarlah tersenyum, walau masalah begitu
berat | Karena perlu kau tahu, bahwa senyuman
utk suami, adalah peneduh hatinya.
#PersiapanCalonIstri

18. Tak apa lemah & bermanja di depan suami, itu jadi kekuatan suami menguatkan | Tapi kuat
dan tegarlah didepan anak2 dan orangtua.
#PersiapanCalonIstri

19. Kodrat wanita suka belanja | Mumpung
masih belum nikah, coba lebih kontrol | Pisahkan mana kebutuhan��, mana keinginan��.
#PersiapanCalonIstri

20. Belajarlah menahan amarah | Jika harus marah pada suami, lakukan tanpa org lain tahu selain berdua. Terutama anak. 
#PersiapanCalonIstri

21. Istri itu layak berpendidikan tinggi, atau setidaknya punya kemauan belajar tinggi ��|
Karena engkau akan jadi guru untuk anakmu
sendiri.#PersiapanCalonIstri

22. Belajarlah ilmu agama | Kelak, jangan serahkan pendidikan agama anakmu pada asisten rumah tangga | Ia anakmu, bukan anak
org lain. #PersiapanCalonIstri

23. Belajarlah kata2 romantis, namun jangan keluarkan sekarang | Suami juga senang loh diberi hal yg romantis��. :) #PersiapanCalonIstri

24. Rendahkan suaramu di depan lelaki lain,
lembutkan suaramu hanya pada suami saja | Itu
wujud kecintaanmu padanya kelak.
#PersiapanCalonIstri

25. Teruslah doa ke Allah utk sosok lelaki misteri yg bakal menjadi suamimu kelak | Doa dalam diam, kelak Allah yg akan menyampaikan 

26. Biarkanlah rasa cinta yg membuncah itu
tertahan di dada mu�� | Hingga saat halal�� menanti, baru engkau ungkapkan semuanya.
#PersiapanCalonIstri

27. Jika saat ini berpacaran, minta ia mendatangi walimu, atau sudahi hubungan yg
tak halal itu | Engkau begitu berharga untuk suamimu kelak. #PersiapanCalonIstri

28. Jemput jodohmu melalui cara yg Allah ridhoi| Taaruf lah�� | Sambil menunggu, persiapkan diri
jadi istri super�� #PersiapanCalonIstri

29. Jika merasa jodohmu jauh saat ini,
bersabarlah ��| Allah sedang menyiapkan suami terbaik untukmu�� | Yakinlah ia sedang Allah
tempa juga. #PersiapanCalonIstri

30. Calon suami mu sedang duduk di ujung sana di atas sajadahnya���� | Ia sedang mempersiapkan
diri pula | Engkau bersiap menantinya kan ? ��

31. Nantikan ia dalam ketaatan | Nantikan ia
dalam persiapan | Nantikan ia dalam doa di penghujung malam����. #PersiapanCalonIstri

32. Sekian kultwit #PersiapanCalonIstri , semoga makin memantapkan persiapan. Semoga
berguna, dan menjadi pendorong diri berbenah��.

33. Sungguh, para suami-suami di belahan dunia manapun������, merindukan istri terbaik menurut Allah
untuknya. Jadilah yg dirindukan. Sekian. 

Minggu, 15 Juni 2014

15juni 2014

Bismillah...
     15juni2014.10.00am...........pengalaman pertama dan tak kan terlupakan...berkumpul bersama orang orang soleh....ditaman surga nan bahagia...
Allaahumma yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinik..
Allah ya rabb...aku ridho dengan Qada&qadarMU..hidupkanlah aku diatas islam..matikanlah aku diatas islam dan keimananku kepadaMU...allahumma inni as-alukal jannah wa a'udzubika minannar...sesungguhnya solatku..ibadahku...hidup dan matiku lillahi robbil 'aalamiin...

Sebab Matinya Hati Manusia

(*) 10 SEBAB MATINYA HATI MANUSIA (*)

قلوبنا ماتت بعشرة أشياء

Hati kita mati disebabkan 10 hal:

1. عرفنا الله ولم نؤد حقه

1. Kita tahu bahwa Allah itu ada, tapi tidak melaksanakan hak-Nya.

2. وقرأنا كتاب الله ولم نعمل به

2. Kita membaca al-Qur`an, tapi tidak mengamalkannya.

3. وادعينا محبة رسول الله (صلي الله عليه وسلم) وتركنا سنته

3. Kita mengaku cinta Rasulullah صلى الله عليه وسلم , tapi meninggalkan sunnahnya.

4. وادعينا معاداه الشيطان ووافقناه على ما غوانا

4. Kita mengaku setan itu musuh kita, tapi kita mengikuti rayuannya.

5. وقلنا نحب الجنة ولم نعمل لها

5. Kita menginginkan surga, tapi tidak berusaha mendapatkannya.

6. وقلنا نخاف النار ووهبنا أنفسنا لها

6. Kita takut neraka, tapi justru kita menyerahkan diri kita untuknya.

7. وعلمنا أن الموت حق ولم نشق له

7. Kita tahu bahwa kematian adalah pasti, tapi kita tidak mempersiapkannya.

8. وانشغلنا بعيوب الناس ونسينا عيوب أنفسنا

8. Kita sibuk dengan aib orang lain, tapi melupakan aib diri sendiri.

9. وأكلنا نعم ربنا ولم نشكر له

9. Kita menikmati karunia Allah, tapi tidak mensyukurinya.

10. ودفنا موتانا ولم نعتبر

10. Kita ikut mengubur saudara2 kita yg telah mati, tapi tidak bisa mengambil pelajaran.

أستغفر الله ..أستغفرالله..أستغفرالله..

  

ROMANTIS

@>-- Romantisku, Romantismu...!

Romantis itu…
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.

Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi pemenang; lebih baik dari dunia seisinya.

Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang… kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”

Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.

Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah.

               ¤✽¤

Sabtu, 07 Juni 2014

~KISAH~

Pada zaman Rasulullah SAW
hiduplah
seorang pemuda yang bernama
Zahid
yang berumur 35 tahun namun
belum juga
menikah. Dia tinggal di Suffah
masjid
Madinah. Ketika sedang
memperkilat
pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW
datang dan mengucapkan salam.
Zahid kaget dan menjawabnya
agak
gugup.
“Wahai saudaraku Zahid,selama ini
engkau
sendiri saja,” Rasulullah SAW
menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,”
kata
Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama
ini
engkau membujang saja, apakah
engkau
tidak ingin menikah?,” kata
Rasulullah
SAW.Zahid menjawab, “Ya
Rasulullah, aku
ini seorang yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap dan wajahku
jelek, siapa
yang mau denganku ya Rasulullah?”
”Asal engkau mau, itu urusan yang
mudah!” kata Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW
memerintahkan
sekretarisnya untuk membuat surat
yang
isinya adalah melamar kepada
wanita
yang bernama Zulfah binti Said,
anak
seorang bangsawan Madinah yang
terkenal kaya raya dan terkenal
sangat
cantik jelita.
Akhirnya, surat itu dibawah ke
rumah
Zahiddan oleh Zahid dibawa
kerumah
Said. Karena di rumah Said sedang
ada
tamu, maka Zahid setelah
memberikan
salam kemudian memberikan surat
tersebut dan diterima di depan
rumah
Said.
“Wahai saudaraku Said, aku
membawa
surat dari Rasul yang mulia
diberikan
untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu
kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan
dibacanya.
Ketika membaca surat tersebut,
Said agak
terperanjat karena tradisi Arab
perkawinan yang selama ini
biasanya
seorang bangsawan harus kawin
dengan
keturunan bangsawan dan yang
kaya
harus kawin dengan orang kaya,
itulah
yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada
Zahid,
“Wahai saudaraku, betulkah surat
ini dari
Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau
pernah
melihat aku berbohong?.”
Dalam suasana yang seperti itu
Zulfah
datang dan berkata, “Wahai ayah,
kenapa
sedikit tegang terhadap tamu ini?
bukankah lebih baik disuruh
masuk?”
“Wahai anakku, ini adalah seorang
pemuda
yang sedang melamar engkau
supaya
engkau menjadi istrinya,” kata
ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid
sambil
menangis sejadi-jadinya dan
berkata,
“Wahai ayah, banyak pemuda yang
tampan dan kaya raya semuanya
menginginkan aku, aku tak mau
ayah..!”
dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid,
“Wahai
saudaraku, engkau tahu sendiri
anakku
tidak mau, bukan aku
menghalanginya
dan sampaikan kepada Rasulullah
bahwa
lamaranmu ditolak.” Mendengar
nama
Rasul disebut ayahnya, Zulfah
berhenti
menangis dan bertanya kepada
ayahnya,
“Wahai ayah, mengapa membawa-
bawa
nama rasul?”
Akhirnya Said berkata, “Ini yang
melamarmu adalah perintah
Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa
kali dan
menyesal atas kelancangan
perbuatannya
itu dan berkata kepada ayahnya,
“Wahai
ayah, kenapa sejak tadi ayah
berkata
bahwa yang melamar ini Rasulullah,
kalau
begitu segera aku harus dikawinkan
dengan pemuda ini. Karena ingat
firman
Allah dalam Al-Qur’an surat An-
Nur (24) :
51.
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺩُﻋُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ
ﻟِﻴَﺤْﻜُﻢَ
ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
“Sesungguhnya jawaban orang-
orang
mukmin, bila mereka dipanggil
kepada
Allah dan Rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) diantara
mereka
ialah ucapan. Kami mendengar,
dan kami
patuh/taat. Dan mereka itulah
orang-
orang yang beruntung."
Zahid pada hari itu merasa
jiwanya
melayang ke angkasa dan baru kali
ini
merasakan bahagia yang tiada tara
dan
segera pamit pulang. Sampai di
masjid ia
bersujud syukur. Rasul yang mulia
tersenyum melihat gerak-gerik
Zahid yang
berbeda dari biasanya.“Bagaimana
Zahid?”“Alhamdulillah diterima ya
rasul,”
jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”Zahid
menundukkan kepala sambil
berkata, “Ya
Rasul, kami tidak memiliki apa-
apa.”
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya
pergi ke
Abu Bakar, Ustman, dan
Abdurrahman bi
Auf. Setelah mendapatkan uang
yang
cukup banyak, Zahid pergi ke pasar
untuk
membeli persiapan perkawinan.
Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW
menyerukan umat Islam untuk
menghadapi
kaum kafir yang akan
menghancurkan
Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia
melihat
kaum Muslimin sudah siap-siap
dengan
perlengkapan senjata, Zahid
bertanya,
“Ada apa ini?”Sahabat menjawab,
“Wahai
Zahid, hari ini orang kafir akan
menghancurkan kita, maka apakah
engkau
tidak mengerti?”.
Zahid istighfar beberapa kali sambil
berkata, “Wah kalau begitu
perlengkapan
kawin ini akan aku jual dan akan
kubelikan
kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya,
“Wahai
Zahid, nanti malam kamu berbulan
madu,
tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu
tidak
mungkin!” Lalu Zahid menyitir ayat
sebagai berikut,
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺁَﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎﺅُﻛُﻢْﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ
ﻭَﻋَﺸِﻴﺮَﺗُﻜُﻢْ
ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻝٌ ﺍﻗْﺘَﺮَﻓْﺘُﻤُﻮﻩﺍَ ﻭَﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﻛَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻭَﻣَﺴَﺎﻛِﻦُ
ﺗَﺮْﺿَﻮْﻧَﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺟِﻬَﺎﺩٍ ﻓِﻲ
ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ
ﻓَﺘَﺮَﺑَّﺼُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻩِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ
ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَ
“Jika bapak-bapak, anak-anak,
suadara-
saudara, istri-istri kaum
keluargamu,
harta kekayaan yang kamu
usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya dan rumah-rumah
tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih
baik kamu cintai daripada Allah
dan
Rasul-Nya (dari) berjihad di
jalan-Nya.
Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan
Allah
tidak memberi petunjuk kepada
orang-
orang fasik.” (QS. At-Taubah
( 9):24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke
medan
pertempuran dan mati syahid di
jalan
Allah.
Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid
sedang
berbulan madu dengan bidadari
yang
lebih cantik daripada Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-
Qur’an
surat Ali-imran : 169-170 dan Al-
Baqarah : 154;
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺤْﺴَﺒَﻦَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗُﺘِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻣْﻮَﺍﺗًﺎ ﺑَﻞْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀٌ
ﻋِﻨْﺪَ
ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳُﺮْﺯَﻗُﻮﻥَ () ﻓَﺮِﺣِﻴﻦَ ﺑِﻤَﺎ ﺁَﺗَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ
ﻭَﻳَﺴْﺘَﺒْﺸِﺮُﻭ
ﻥَ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻢْ ﻳَﻠْﺤَﻘُﻮﺍ ﺑِﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻬِﻢْ ﺃَﻟَّﺎ ﺧَﻮْﻑٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻟَﺎ
ﻫُﻢْ
ﻳَﺤْﺰَﻧُﻮﻥَ
“Janganlah kamu mengira bahwa
orang-
orang yang gugur dijalan Allah itu
mati,
bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya
dengan mendapat rizki. Mereka
dalam
keadaan gembira disebabkan
karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan
mereka bergirang hati terhadap
orang-
orang yang masih tinggal dibelakang
yang
belum menyusul mereka dan tidak
(pula)
mereka bersedih hati.” (QS 3:
169-170).
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻟِﻤَﻦْ ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻣْﻮَﺍﺕٌ ﺑَﻞْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀٌ
ﻭَﻟَﻜِﻦْ
ﻟَﺎ ﺗَﺸْﻌُﺮُﻭﻥَ
“Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap orang-orang yang gugur
di
jalan Allah, (bahwa mereka itu)
mati,
bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup,
tetapi kamu tidak
menyadarinya.” (QS.
2:154).
Pada saat itulah para sahabat
meneteskan air mata dan
Zulfahpun
berkata, “Ya Allah, alangkah
bahagianya
calon suamiku itu, jika aku tidak
bisa
mendampinginya di dunia
izinkanlah aku
mendampinginya di akhirat.”
kisah yang mengharu biru...semoga
kita
mampu untuk mengikuti jejak-
jejak
mereka...

Dakwah

Bismillah...

Jangan Menangis Duhai Ukhti

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..
Hapuslah Air Mata di Pipi, Hilangkan
Lara di Hati. Kegelisahan, kedukaan
dan air mata adalah bagian dari sketsa
hidup di dunia. Tetesan air mata yang
bermuara dari hati dan berselaputkan
kegelisahan jiwa terkadang memilukan,
hingga membuat keresahan dan
kebimbangan.
Kedukaan karena kerinduan yang
teramat sangat dalam menyebabkan
kepedihan yang menyesakkan rongga
dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah
pada alam serta isinya, bertanya,
dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu,
hati menciptakan serpihan kegelisahan,
bagaikan anak kecil yang hilang dari
ibunya di tengah keramaian.
Keinginan bertemu pasangan jiwa,
bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu
hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga
tanpa sadar telah menjadi bagian hidup
yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah
pula bahwa setiap wanita ingin menjadi
seorang istri dan ibu yang baik
ketimbang menjalani hidup dalam
kesendirian.
Dengan sentuhan kasih sayang dan
belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa
yang sholeh dan sholehah.
Duhai...
Betapa mulianya kedudukan seorang
wanita, apalagi bila ia seorang wanita
beriman yang mampu membina dan
menjaga keindahan cahaya Islam
hingga memenuhi setiap sudut
rumahtangganya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah
menciptakan wanita dengan segala
keistimewaannya, hamil, melahirkan,
menyusui hingga keta'atan dan
memenuhi hak-hak suaminya laksana
arena jihad fii sabilillah.
Karenanya, yakinkah batin itu tiada
goresan saat melihat pernikahan
wanita lain di bawah umurnya?
Pernahkah kita menyaksikan kepedihan
wanita yang berazam menjaga
kehormatan diri hingga ia menemukan
kekasih hati? Dapatkah kita
menggambarkan perasaannya yang
merintih saat melihat kebahagiaan
wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah
kita melihat kilas tatapan sedih
matanya ketika melihat aqiqah anak
kita?
Letih...
Sungguh amat letih jiwa dan raga.
Sendiri mengayuh biduk kecil dengan
rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan
jiwa yang menunggu di sana.
Duhai ukhti sholehah...
Dalam Islam, kehidupan manusia bukan
hanya untuk dunia fana ini saja,
karena masih ada akhirat. Memang,
setiap manusia telah diciptakan
berpasangan, namun tak hanya dibatasi
dunia fana ini saja. Seseorang yang
belum menemukan pasangan jiwanya,
insya Allah akan dipertemukan di
akhirat sana, selama ia beriman dan
bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya
yang telah
menetapkan dirinya sebagai lajang di
dunia fana.
Mungkin sang pangeran pun tak sabar
untuk bersua dan telah menunggu di
tepi surga, berkereta kencana untuk
membawamu ke istananya.
Keresahan dan kegelisahan janganlah
sampai merubah pandangan kepada Sang
Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu
menghantui, usah kau lara sendiri,
duhai ukhti.
Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
Kembalikan segala urusan hanya
kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang
Maha Memberi dan Maha Pengasih.
Ikhtiar, munajat serta untaian doa
tiada habis-habisnya curahkanlah
kepada Sang Pemilik Hati.
Tak usah membandingkan diri ini dengan
wanita lain, karena Allah Subhanahu wa
Ta'ala pasti memberikan yang terbaik
untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak
menyadarinya.
Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di
penghujung malam karena tak kunjung
usai memikirkan siapa kiranya pasangan
jiwa. Menangislah karena air mata
permohonan kepada-Nya di setiap sujud
dan keheningan pekat malam.
Jadikan hidup ini selalu penuh dengan
harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa.
Bersiap menghadapi putaran waktu,
hingga setiap gerak langkah serta
helaan nafas bernilai ibadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tausyiah-lah selalu hati dengan
tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi
dalam kesendirian.
Bukankah kalau sudah saatnya tiba,
jodoh tak akan lari kemana. Karena
sejak ruh telah menyatu dengan jasad,
siapa belahan jiwamu pun telah
dituliskan-Nya.
Sabarlah ukhti sholehah...
Bukankah mentari akan selalu
menghiasi pagi dengan kemewahan
sinar keemasannya. Malam masih indah
dengan sinar lembut rembulan yang
dipagar bintang gemintang. Kicauan
bening burung malam pun selalu riang
bercanda di kegelapan.
Senyumlah, laksana senyum mempesona
butir embun pagi yang selalu setia
menyapa.
Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan
lara di hati.
Terimalah semua sebagai bagian dari
perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran
hati dan jiwa, dirimu akan menemukan
apa rahasia di balik titian kehidupan
yang telah dijalani. Hingga, kelak akan
engkau rasakan tak ada lagi riak
kegelisahan dan keresahan saat
sendiri.
Semoga.
Salam santun dan keep istiqomah ..
( Allahu Akbar || Semoga Bermanfaat )
Wallahu a'lam bishshawab,
.... Subhanallah wabihamdihi
Subhanakallahumma Wabihamdika
Asyhadu Allailaaha Illa Anta
Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ...