Kamis, 30 April 2015

Rindu

YA Rabb, I rindukan dia....
kutak kuasa memandangnya didunia...

bantu ak tuk melupaknya didunia...biarkan dia meraih cita citanya

ada pertemuan ada perpisahan...itulah kehidupan...

mengenalnya..duduk bersama ditaman surga...adalah hal terindah dalam hidup...
Kawan yang soleh...

Melupakanya tak semudah mengenalinya...
semoga kita berjumpa disurganya.
...
#Romantis ituuuu hujan hujan dalam taman surga....
moment tak terlupakn..#hahahaha

Bukit (Aţ-Ţūr):21 - Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

I Miss U

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺫِﻛْﺮِﻙَ ﻭَﺷُﻜْﺮِﻙَ ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻚَ
Allahumma a'innii 'alaa dzikrika wa
syukrika wa husni 'ibaadatika.
Artinya : "Ya Allah, Bantu aku untuk
mengingat-Mu (berdzikir), dan
bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki
ibadah kepada-Mu."

     Ya Rabb.....pertemukan kami disurgaMU...
bantu aku untuk melupakanya...
biarkan kita berjumpa disurga yang kekal abadi..insya Allah....i rindukan youuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu..
Kawan

SAHABAT SHOLEHAH

Hadiah untuk Sahabat-sahabat Sholihah����

═════����═══
��  Berkata Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu: Tidaklah seorang hamba diberi kenikmatan yang lebih besar setelah keislaman,  selain sahabat yang sholih. Maka apabila kalian mendapati teman yang sholih, peganglah ia erat-erat"
═════����═════
��Berkata Imam Syafi'i:
" Apabila kalian memiliki teman - yg membantumu dalam ketaatan- maka genggam erat tangannya, karena mendapatkan seorang sahabat itu sulit sedangkan berpisah darinya itu mudah"
═════����═════
�� Berkata Al Hasan Al Bashri:
" Sahabat2 kami lebih kami cintai daripada keluarga dan anak2 kami, karena keluarga kami mengingatkan kami pada dunia, sedangkan sahabat2 kami mengingatkan kami pada akhirat. Dan sebagian sifat mereka adalah : itsar (mendahulukan orang lain dalam perkara dunia)
═════����═════
�� Berkata Luqman Al hakim pada anaknya:
" Wahai anak ku hendaknya yang pertama engkau usahakan setelah keimanan kepada Allah adalah mencari sahabat yang jujur. Karena ia ibarat pohon, bila engkau duduk berteduh di bawahnya, ia akan meneduhimu, bila engkau mengambil buahnya dia akan mengenyangkanmu, dan bila ia tidak memberimu manfaat, ia tidak merugikanmu"
═════����═════
�� Ketika Imam Ahmad rahimahullah sakit, sampai terbaring di tempat tidurnya, sahabat beliau, Imam Syafi'i rahimahullah menjenguknya. Maka tatkala Imam Syafii melihat sahabatnya sakit keras, beliau sangat sedih, sehingga menjadi sakit karenanya. Maka ketika Imam Ahmad mengetahui hal ini, beliau menguatkan diri untuk menjenguk Imam Syafi'i. Ketika beliau melihat Imam Syafi'i beliau berkata:           
     Kekasihku sakit, dan aku
     menjenguknya
        Maka aku ikut menjadi sakit
        karenanya
     Kekasihku telah sembuh dan ia
     menjengukku
         Maka aku menjadi sembuh
         setelah melihatnya
═════������═════             

�� Ya Allah berikan kepada kami sahabat sahabat yang sholih
�� Allah berfirman :
: {وسيق الذين اتقوا ربهم إلى الجنة زمرا} .
Imam Ibnul Qayyim berkata menafsirkan ayat ini: "Allah enggan memasukkan manusia ke dalam surga dalam keadaan sendirian, maka setiap orang akan masuk surga bersama sama dengan sahabatnya"

�� Aku memohon kepada Allah, dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya yang mulia, agar kita menjadi sahabat sejati dalam ketaatan, yang kelak tangan-tangan ini akan menggandeng tangan yang lain memasuki surgaNya. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin

Minggu, 19 April 2015

Nasyid Ya Hamilal Qur'an(lirik)

��Wahai Hamilul Qur'an ��
(Wahai Penghafal & penjaga Qur'an)

Diambil dr Nasyid :
"Ya Hamilal Qur'an"
Oleh : Ahmad Al Hajri

يَا حَامِلَ الْقُرْآنْ

يَا حَامِلَ الْقُرْآنْ قَدْ خَصَّكَ الرَّحْمَنْ :: بِالْفَضْلِ وَالتِّيْجَانْ وَالرُّوْحِ وَالرَّيْحَانْ

يَا دَائِمَ التَّرْتِيْلْ لِلذِّكْرِ وَالتَّنْزِيْلْ :: بُشْرَاكَ يَوْمَ رَحِيْلْ سَتَفُوْزُ بِالْغُفْرَانْ ..

يَا قَارِئَ الْآيَاتْ فِيْ الْجَمْعِ وَالْخَلَوَاتْ :: تَزْهُوْ بِكَ السَّمَاوَاتْ وَتَنْتَشِيْ الْلأَكْوَانْ ..

يَا حَامِلَ الْقُرْآنْ ,,

يا حاملالقرآن

Wahai penghafal Al-Qur’an,

sesungguhnya Allah Ar-Rahman 

telah mengistimewakan engkau dengan karunia, 

mahkota, ruh, dan bunga nan sedap aromanya. 

Wahai orang yang selalu membaca Al-Qur’an  

dengan tartil, 

kabar gembira untukmu di hari kiamat;

engkau ‘kan beruntung 

dengan mendapat ampunan.  

Wahai pembaca ayat-ayat Al-Qur’an,  

baik saat bersama banyak orang  

maupun dalam kesendirian,    

seluruh langit turut merekah menyertaimu 

dan jagad raya pun menghirup aroma sedapmu

Allah memulikanmu...

Karena Pembaca dan Penghafal Quran merupakan AhluLlah (Keluarga Allah)

WAKTU

��Ada rizki dari Allah dimana rizki tersebut merupakan ruang sekaligus merupakan tolak ukur untuk melaksanakan segala aktifitas selama raga kita masih bisa bernafas. 

��Anugrah dan rizki itu adalah berupa WAKTU.

��Ada sebuah nasehat dari seorang ulama “ Waktu ibarat pedang , pergunakan dengan baik, jika tidak ia akan memenggalmu”
��Nasihat tersebut diartikan betapa berbahayanya sang waktu, Jika kita tak mampu mempergunakannya dengan baik
��Waktu ibarat bongkahan Es, es tersebut dipakai atau tidak tidak akan pernah besar atau menetap, justru sebaliknya es tersebut akan cair, semakin lama akan semakin mengecil dan habis, lenyap menguap terkena sinar matahari, begitu juga dengan waktu sudah pastilah dia akan hilang seiring detik demi detik yang berlalu,

��Menyia-nyiakan waktu pasti merugi.

��Allah sangat menghargai yang namanya waktu, dalam Alquran , didalam beberapa surat, Allah menyebut Waktu, bahkan Allah bersumpah atas nama waktu, kita liat yaa... diantaranya surat Al Ashr “ “Demi waktu”, surat Adh Dhuhaa “ Demi waktu Dhuhaa”, dan surat Al-Lail “ Demi Malam apabila menutupi ( cahaya siang )

��Rasulullah Shalallahu”alaihiwasallam pun juga telah mengingatkan kita tentang Waktu ,
diantaranya  “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
��1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
               
��2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
              
�� 3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
               
�� 4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
               
�� 5. Hidupmu sebelum datang kematianmu.” HR. Al Hakim

��Hadits lain Rasul bersabda “ Diantara tanda kebaikkan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya”

��Kemudian sebuah peringatan juga dari Rasul untuk kita “"Tidaklah bergerak kedua kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ditanya 4 (empat) perkara: Tentang umurnya untuk apa ia pergunakan? Waktu mudanya untuk apa ia habiskan? Hartanya dari mana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan? Dan tentang ilmunya untuk apa ia kerjakan? (HR. Turmudzi)
�� Rasulullah begitu tegas memperingatkan kita supaya memperhatikan waktu dengan sebuah pertanyaan “Umur kita untuk apa kita pergunakan”, 


♦Allah menciptakan kita untuk apa?

Jawaban nya sangat singkat, cukup dengan satu helaan nafas saja : Ibadah ,
��Allah sudah sediakan jawabannya dalam Alquran : “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” QS. Adz-Dzariyaat : 51
��Tapi terkadang kita malah sering lupa, pura-pura lupa atau tak ingin mengetahuinya,
��Seharusnya kita sebagai manusia ciptaanNYA malu terhadap sindiran  Allah:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun : 23)
��Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- menjelaskan, “Firman Allah, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)?” “Apakah kalian menyangka bahwa kalian diciptakan tanpa maksud, tujuan dan hikmah?” “Firman Allah,“bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” “Tidak dikembalikan ke negeri akhirat?”
��Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- menjelaskan, “Firman Allah, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)?”

♦Waktu memiliki karakter :
1⃣ Waktu begitu cepat berlalu

Waktu berjalan ringan tanpa beban, dia mengalir bagai air detik detik akan datang menemui kita tanpa terasa, sering kita merasakan bahwa baru kemaren rasanya kita menikmati masa kecil kita, masa remaja masih terukir semua kenangan-kenangan, masih nyata apa yg kita lakukan, dan  tiba-tiba kita sudah masuk saja keusia senja.

2⃣ waktu tidak akan pernah kembali menemui kita
Sebuah kata-kata penyesalan yang sering kita dengar adalah “Andai waktu bisa Berulang”, dan saya berharap kata-kata ini jangan sampai terucap dari bibir kita karna ini hanyalah sebuah perkataan sia-sia saja, sedetik dari waktu kita yang terbuang tak akan pernah kembali lagi kepada kita, saat seseorang berbuat kesalahan atau berbuat amal-amal tercela dan ada orang lain yang mengingatkan dengan enteng dia menjawab aaahhhh saya masih muda kok, tobatnya ntar-ntar aja deeh kalo udah tua, Astaghfirullah...

��Hasan Albasri pernah berujar “Tidak ada suatu hari yang fajar terbit pada hari itu kecuali dia akan berseru:”Wahai anak Adam sesungguhnya aku adalah makhluk baru, aku akan menjadi saksi terhadap amalan-amalanmu, maka berbekalah dariku, karena sesungguhnya apabila aku telah berlalu, aku tidak akan kembali sampai hari kiamat.”

��Hari-Hari kita menelan bulan, bulan menelan tahun, dan tahun menelan umur kita akhirnya berhenti disebuah kematian.

3⃣ Waktu adalah harta yang sangat mahaaal....
Waktu ini harus kita manfaatkan secara optimal dan seefisien mungkin,
��Bagi kita umat muslim, waktu adalah rangkaian ibadah untuk menuju hidup yang maha hidup, hidup yang kekal diakhirat kelak. Dunia ini adalah ladang bagi kita untuk mencari bekal tersebut, akankah tersia-siakan?
��Sementara Allah telah berpesan kepada kita bahwa umur kita sedetik tidak akan diperpanjang ataupun dikurangi, jatah hidup kita sudah jelas dihadapan Allah, dan itu rahasiaNya.

��Rizki berupa waktu ini merupakan modal utama bagi kita untuk beribadah kepada Allah.  Dari segimanapun yang namanya waktu tidak bisa kita buang sia-sia, dialah modal kita utk bisa menemui Rabb kita diakhirat kelak, modal utk kita bisa berdampingan dengan kekasih kita Rasulullah Shalallahu'alaihiwasallam.
��Waktu lah pedang terhunus yang harus kita jaga agar tak melukai kita
��Jangan sia2 kan dia begitu saja
��Krn sedetik yg berlalu tak pernah bisa kita jangkau lagi
saatnya kita merenung sudah berapa lamakah waktu yg terpakai oleh kita utk beribadah kepada Allah?
��Sementara Allah sudah katakan kita diciptakan tiada lain tiada bukan hanya utk beribadah kepada Nya
utk menghambakan diri pada Allah... bukan menghambakan diri kepada dunia
Mari kita merenung malam ini.... apakah kita sudah layak disebut hamba Allah?

Wallahu 'alam bishawab


������������������������

Ya Hamilal Qur'an

��Wahai Hamilul Qur'an ��
(Wahai Penghafal & penjaga Qur'an)

Diambil dr Nasyid :
"Ya Hamilal Qur'an"
Oleh : Ahmad Al Hajri

يَا حَامِلَ الْقُرْآنْ

يَا حَامِلَ الْقُرْآنْ قَدْ خَصَّكَ الرَّحْمَنْ :: بِالْفَضْلِ وَالتِّيْجَانْ وَالرُّوْحِ وَالرَّيْحَانْ

يَا دَائِمَ التَّرْتِيْلْ لِلذِّكْرِ وَالتَّنْزِيْلْ :: بُشْرَاكَ يَوْمَ رَحِيْلْ سَتَفُوْزُ بِالْغُفْرَانْ ..

يَا قَارِئَ الْآيَاتْ فِيْ الْجَمْعِ وَالْخَلَوَاتْ :: تَزْهُوْ بِكَ السَّمَاوَاتْ وَتَنْتَشِيْ الْلأَكْوَانْ ..

يَا حَامِلَ الْقُرْآنْ ,,

يا حاملالقرآن

Wahai penghafal Al-Qur’an,

sesungguhnya Allah Ar-Rahman 

telah mengistimewakan engkau dengan karunia, 

mahkota, ruh, dan bunga nan sedap aromanya. 

Wahai orang yang selalu membaca Al-Qur’an  

dengan tartil, 

kabar gembira untukmu di hari kiamat;

engkau ‘kan beruntung 

dengan mendapat ampunan.  

Wahai pembaca ayat-ayat Al-Qur’an,  

baik saat bersama banyak orang  

maupun dalam kesendirian,    

seluruh langit turut merekah menyertaimu 

dan jagad raya pun menghirup aroma sedapmu

Allah memulikanmu...

Karena Pembaca dan Penghafal Quran merupakan AhluLlah (Keluarga Allah)

Rubrik Tafsir ODOJER

RUBRIK TAFSIR ODOJER

Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 31

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Artinya :
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!".

�� Tafsir :

Hal ini merupakan sebutan yang dikemukakan oleh Allah Swt, di dalamnya terkandung keutamaan Adam atas malaikat berkat apa yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.
Sesungguhnya bagian ini didahulukan atas bagian tersebut (yang mengandung perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam) karena bagian ini mempunyai ikatan erat dengan ketidaktahuan para malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah, yaitu disaat mereka menanyakan hal tersebut. Kemudian Allah Swt memberitahukan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Karena itulah Allah menyebutkan bagian ini sesudah hal tersebut, untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan Adam, berkat kelebihan yang dimilikinya diatas mereka, berupa ilmu pengetahuan tentang nama-nama segala sesuatu. Untuk itu Allah Swt berfirman “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”

�� As-Saddi mengatakan dari orang yang menceritakannya dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna “wa ‘allama adamal asma'a kullaha”. Bahwa Allah Swt mengajarkan kepada Adam nama-nama semua anaknya seorang demi seorang, dan nama-nama seluruh hewan.

�� Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai makna firman-Nya ini. Bahwa yang dimaksud ialah nama-nama yang dikenal manusia, misalnya manusia, hewan, langit, bumi, dataran rendah, laut, kuda, keledai, dan nama-nama makhluk yang serupa lainnya.

�� Menurut Mujahid, makna ayat ini ialah Allah mengajarkan kepada Adam nama semua hewan, semua jenis burung, dan nama segala sesuatu. Hal yang sama dikatakan pula oleh riwayat dari Sa’id Ibnu Jubair, Qatadah dan kalangan ulama salaf lainnya. Bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ar-rabi’ dalam salah satu riwayatnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah nama-nama malaikat. Hamid Asy-Syami mengatakan nama-nama bintang-bintang. Abdur Rahman Ibnu Zaid mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh keturunannya.
Menurut pendapat yang shahih, Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama segala sesuatu, yakni semua zat, sifat dan karakternya, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, hingga nama angin yang keluar dari dubur, yakni nama-nama semua zat dan karakternya dalam bentuk mukabbar dan musaggar.

�� Firman Allah “faqola ambiuni biasma i ha ula i inkuntum shodiqin”. As-Saddi dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas dan Murrah, dari Ibnu Mas’ud serta dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya, “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya”. Kemudian dia mengemukakan makhluk-makhluk itu kepada para malaikat. Menurut Ibnu Juraij, dari Mujahid, setelah itu Allah mengemukakan semua makhluk yang diberi nama-nama itu kepada para malaikat.

�� Ibnu Jarir mengatakan dari Al-Qasim, dari Al-Husain, dari Al-Hajjaj, dari Jarir Ibnu Hazim dan Mubarak Ibnu Fudalah, dari Al-Hasan dan Abu Bakar, dari Al-Hasan dan Qatadah. Keduanya mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepada Adam nama segala sesuatu, dan Allah menyebutkan segala sesuatu dengan namanya masing-masing serta Dia mengemukakannya kepada Adam satu kelompok demi kelompok.

Dengan sanad yang sama dari Al-hasan dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya “In kuntum shodiqin”. Disebutkan bahwa sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menciptakan makhluk melainkan kalian (para malaikat) lebih mengetahui daripada dia (Adam), maka sebutkanlah kepada-Ku nama-nama semuanya itu jika memang kalian orang-orang yang benar.

��Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya “In kuntum shodiqin”. Yakni jika kalian memang mengetahui bahwa Aku tidak usah menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.

��As-Saddi meriwayatkan dari Abu Malik dan Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud dan dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya “In kuntum shodiqin”. Yakni jika kalian memang orang-orang yang benar bahwa Bani Adam suka membuat kerusakan di muka bumi dan gemar mengalirkan darah.

�� Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling utama dalam masalah ini ialah takwil dari Ibnu Abbas dan orang-orang yang sependapat dengannya. Makna hal tersebut ialah, bahwa Allah Swt berfirman “Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda yang telah Kukemukakan kepada kalian, hai malaikat yang mengatakan, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Apakah dari kalangan selain kami atau dari kalangan kami? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau’, Jika kalian memang orang-orang yang benar dalam pengakuannya. Jika Aku menjadikan khalifah-Ku di muka bumi dari kalangan selain kalian, niscaya dia durhaka kepada-Ku, begitu pula keturunannya, lalu mereka membuat kerusakan dan mengalirkan darah. Tetapi jika Aku menjadikan khalifah di muka bumi dari kalangan kalian, niscaya kalian taat kepadaKu dan mengikuti semua perintahKu dengan mengagungkan dan menyucikanKu. Apabila kalian tidak mengetahui nama-nama mereka yang Kuketengahkan kepada kalian dan kalian saksikan sendiri, berarti terhadap semua hal yang belum ada dari hal-hal yang akan ada, hanya belum diwujudkan, kalian lebih tidak mengetahui lagi”.

Wallahu 'alaam bishshowwaab.

Rabu, 15 April 2015

Tadabur asmaul husna

Tadabbur Asmaul Husna

Mengenal Allah seindah asma-Nya

Al-Hakim Hukumnya Tepat Dan Bijaksana

Al-Hakîm, salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah, namun jarang dihayati oleh kaum Muslimin. Itulah sebabnya, disamping tidak merasakan indahnya nama itu, juga banyak pelanggaran terhadap hukum Allah yang dilakukan oleh banyak kaum Muslimin, baik dalam konteks individual maupun sosial.

DALIL BAHWA AL-HAKIIM ADALAH NAMA ALLAH
Banyak dalil dari Al-Qur`ân Al-Karîm yang menunjukkan bahwa al-Hakîm merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla . Di samping itu, banyak disebutkan secara bersamaan dengan nama Allah lainnya. Sebagai contoh, misalnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Dan Allah adalah ‘Azîz (Maha Perkasa) lagi Hakîm (Maha Bijaksana). [Lihat surat Fathir/35:2, al-Hadîd/57:1, al-Hasyr/59:1& 24, al-Jumu’ah/62:3,dan lain-lain]

Juga firman Allah Azza wa Jalla :

وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

Dan Dia-lah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi Khobîr (Maha Mengetahui). [Saba`/34:1].

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, para ulama menetapkan bahwa al-Hakîm merupakan salah satu nama Allah yang Husna (sangat indah). Di antaranya, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah (seorang ulama besar zaman ini yang telah wafat) dalam kitabnya, al-Qawa’id al-Mutsla fi Shifatillah wa Asma’ihi al-Husna.[1]

Juga Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr az-Zur’i ad-Dimasyqi (691-751 H). Dalam hal ini beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla :

إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Dialah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi ‘Alîm (Maha Mengetahui). [adz-Dzâriyât/51:30].[2]

MAKNA AL-HAKÎM
Syaikh Dr. Shâlih bin Fauzân al-Fauzân (salah seorang ulama besar zaman ini yang menjadi anggota dewan ulama besar dan anggota dewan tetap untuk fatwa di Saudi Arabia) menjelaskan, al-Hakîm mempunyai dua makna.

Pertama, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Hakîm (pembuat dan penentu hukum) bagi seluruh makhluk-Nya. Dan hukum Allah ada dua. Yaitu, hukum yang bersifat kauni (yakni, ketetapan taqdir) dan hukum yang bersifat syar’i (yakni, ketetapan syariat).

Kedua, Allah Maha bijaksana, tepat, bagus dan meyakinkan dalam menetapkan semua hukumnya, baik hukum yang brsifat kauni maupun hukum yang bersifat syar’i. Makna kedua ini diambil dari kata hikmah, yang artinya meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya.

Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Hakîm, yang membuat dan menetapkan hukum kauni (taqdir) dan syar’i (syariat) bagi seluruh makhluk-Nya. Dan semua hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala ; semua ketetapan taqdir serta semua ketetapan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala , adalah ketetapan yang bijaksana, tepat dan bagus. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan apapun untuk tujuan yang sia-sia, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menetapkan hukum syariat apapun kecuali sesuatu yang pasti maslahat, bahkan syariat Allah Azza wa Jalla adalah kemaslahatan itu sendiri.[3]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, al-Hakîm (Maha Bijaksana) maksudnya, (bijaksana) dalam semua perkataan, perbuatan,syariat maupun taqdir-Nya.[4]

Syaikh 'Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah (wafat 1376 H) ketika menjelaskan makna al-Hakîm pada surat al-Baqarah/2 ayat 32 mengatakan: “Al-Hakîm, artinya Dzat Yang Maha memiliki hikmah sempurna. Tidak ada satu makhlukpun yang keluar dari lingkaran hikmah Allah, dan tidak ada satu perintahpun yang keluar dari lingkup hikmah-Nya. Allah tidak pernah menciptakan sesuatupun kecuali untuk suatu hikmah, dan tidak pernah memerintahkan sesuatupun kecuali untuk suatu hikmah. Hikmah ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya yang pas”.[5]

Dari uraian makna di atas, berarti nama al-Hakîm mengandung dua sifat, yaitu Allah bersifat Maha menetapkan hukum, dan bersifat Maha bijaksana dalam hukum-Nya.

Hukum Allah ada dua. Yaitu hukum kauni (ketetapan taqdir) dan hukum syar’i (ketetapan syariat). Maka setiap ketetapan taqdir Allah pasti bijaksana, tepat dan adil. Misalnya, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mentaqdirkan seseorang beriman, berarti itulah yang paling tepat dan bijaksana. Demikian pula ketika, misalnya, Allah mentaqdirkan seseorang mati dalam keadaan kafir, maka itu pulalah yang paling adil, bijaksana dan tepat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang harus Dia lakukan. Dia Maha Mengetahui segala-galanya, baik berkaitan dengan perbuatan-perbuatan diri-Nya maupun berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para hamba-Nya.

Begitu pula, semua ketetapan syariat Allah, adalah syariat yang bijaksana, bagus dan tepat dipakai oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Syariat Allah tidak mengandung cacat sedikitpun, baik syariat yang berkaitan dengan pribadi, rumah tangga, sosial, politik, ekonomi dan lain-lainnya. Baik yang berkaitan dengan aqidah, ibadah maupun mu’amalah.

Apabila nama al-Hakîm digabungkan penyebutannya dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’alaainnya, maka akan memiliki kesempurnaan ganda. Misalnya apa yang disebutkan oleh Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr az-Zur’i ad-Dimasyqi rahimahullah. Beliau mengatakan:

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Dialah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi ‘Alîm (Maha Mengetahui). [adz-Dzâriyât/51:30].

(Ayat ini) mengandung penetapan sifat hikmah dan ilmu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala , yang merupakan asas bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menciptakan dan memerintahkan. Artinya, apa saja yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan, semuanya terlahir dari ilmu dan hikmah-Nya. Begitu pula perintah serta syariat-Nya pun terlahir dari ilmu dan hikmah-Nya. Ilmu dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengandung semua sifat sempurna bagi Allah.

1. Karena ilmu Allah mengandung kesempurnaan sifat hidup bagi Allah dengan segala konsekuensinya seperti, sifat Maha Tegak (Qayyumiyyah), sifat Maha Kuasa (Qudrah), sifat kekal, sifat mendengar, melihat dan semua sifat lain yang menjadi konsekuensi dari ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sempurna.

2. Sedangkan sifat hikmah-Nya, mengandung kesempurnaan sifat iradah (kehendak), sifat adil, sifat kasih sayang, sifat berbuat ihsan, sifat pemurah, sifat berbuat kebajikan dan sifat selalu meletakkan segala sesuatu tepat pada tempatnya yang terbaik. Mencakup pula hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengutus semua rasul-Nya dan dalam menetapkan pahala serta siksa.[6]

Jadi, dengan penggabungan dua nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang umumnya terdapat pada penutup ayat, menunjukkan berlipatgandanya kesempurnaan Allah Azza wa Jalla . Padahal bila masing-masing nama Allah Subhanahu wa Ta’ala disebutkan secara sendiri-sendiri, maka sudah menunjukkan kesempurnaan secara khusus.

Ketika menyebutkan contoh penggabungan dua nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:

الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: Sesungguhnya banyak di dalam Al-Qur`ân, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggabungkan nama al-‘Azîz dan al-Hakîm. Maka masing-masing dari dua nama itu menunjukkan kesempurnaan khusus sesuai dengan tuntutan masing-masingnya, yaitu kesempurnaan sifat perkasa (‘izzah) pada nama al-‘Azîz, dan kesempurnaan hukum serta hikmah pada nama al-Hakîm. Penggabungan antara keduanya menunjukkan kesempurnaan lain, yaitu bahwa kesempurnaan sifat perkasa-Nya disertai dengan kesempurnaan sifat hikmah-Nya.

Dengan demikian, sifat perkasa (izzah) Allah Azza wa Jalla tidak menuntut adanya kezhaliman, kejahatan atau tindakan semena-mena. Tidak sebagaimana banyak dilakukan oleh para manusia yang menjadi raja perkasa. Biasanya keperkasaan seorang raja akan mendorongnya berbuat dosa; ia berbuat zhalim, jahat dan semena-mena.

Begitu pula hukum dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu disertai dengan kesempurnaan sifat perkasa-Nya. Berbeda dengan hukum serta hikmah (kebijaksanaan) manusia, akan senantiasa diwarnai kehinaan.[7]

Artinya, hukum dan kebijaksanaan (hikmah) manusia, bukan disebabkan oleh murni kekuatan dan keperkasaannya, namun senantiasa diwarnai oleh kelemahan dirinya. Misalnya karena tekanan, takut, atau membutuhkan pihak lain, maka suka atau tidak, ia harus menetapkan keputusan hukum atau harus bijaksana dalam menetapkan keputusan hukumnya. Sedangkan Allah tidak demikian. Hukum dan hikmah Allah murni karena kesempurnaan sifat perkasa (izzah)Nya. Begitu pula sifat perkasa Allah Azza wa Jalla , tidak pernah lepas dari sifat kuasa-Nya untuk menetapkan hukum dan untuk bersifat hikmah dalam menetapkan hukumNya. Allahu Akbar.

Karena itu, hendaklah kaum Muslimin senantiasa ingat akan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ; al-Hakîm, dan senantiasa berupaya menghayati nama-nama husna Allah serta sifat-sifat sempurna-Nya, supaya dengan demikian menjadi orang-orang yang benar-benar bertakwa.

Wa Billahi at-Taufîq.��������

Tadabur asmaul husna

Tadabbur Asmaul Husna

Mengenal Allah seindah asma-Nya

Al-Hakim Hukumnya Tepat Dan Bijaksana

Al-Hakîm, salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah, namun jarang dihayati oleh kaum Muslimin. Itulah sebabnya, disamping tidak merasakan indahnya nama itu, juga banyak pelanggaran terhadap hukum Allah yang dilakukan oleh banyak kaum Muslimin, baik dalam konteks individual maupun sosial.

DALIL BAHWA AL-HAKIIM ADALAH NAMA ALLAH
Banyak dalil dari Al-Qur`ân Al-Karîm yang menunjukkan bahwa al-Hakîm merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla . Di samping itu, banyak disebutkan secara bersamaan dengan nama Allah lainnya. Sebagai contoh, misalnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Dan Allah adalah ‘Azîz (Maha Perkasa) lagi Hakîm (Maha Bijaksana). [Lihat surat Fathir/35:2, al-Hadîd/57:1, al-Hasyr/59:1& 24, al-Jumu’ah/62:3,dan lain-lain]

Juga firman Allah Azza wa Jalla :

وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

Dan Dia-lah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi Khobîr (Maha Mengetahui). [Saba`/34:1].

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, para ulama menetapkan bahwa al-Hakîm merupakan salah satu nama Allah yang Husna (sangat indah). Di antaranya, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah (seorang ulama besar zaman ini yang telah wafat) dalam kitabnya, al-Qawa’id al-Mutsla fi Shifatillah wa Asma’ihi al-Husna.[1]

Juga Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr az-Zur’i ad-Dimasyqi (691-751 H). Dalam hal ini beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla :

إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Dialah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi ‘Alîm (Maha Mengetahui). [adz-Dzâriyât/51:30].[2]

MAKNA AL-HAKÎM
Syaikh Dr. Shâlih bin Fauzân al-Fauzân (salah seorang ulama besar zaman ini yang menjadi anggota dewan ulama besar dan anggota dewan tetap untuk fatwa di Saudi Arabia) menjelaskan, al-Hakîm mempunyai dua makna.

Pertama, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Hakîm (pembuat dan penentu hukum) bagi seluruh makhluk-Nya. Dan hukum Allah ada dua. Yaitu, hukum yang bersifat kauni (yakni, ketetapan taqdir) dan hukum yang bersifat syar’i (yakni, ketetapan syariat).

Kedua, Allah Maha bijaksana, tepat, bagus dan meyakinkan dalam menetapkan semua hukumnya, baik hukum yang brsifat kauni maupun hukum yang bersifat syar’i. Makna kedua ini diambil dari kata hikmah, yang artinya meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya.

Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Hakîm, yang membuat dan menetapkan hukum kauni (taqdir) dan syar’i (syariat) bagi seluruh makhluk-Nya. Dan semua hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala ; semua ketetapan taqdir serta semua ketetapan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala , adalah ketetapan yang bijaksana, tepat dan bagus. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan apapun untuk tujuan yang sia-sia, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menetapkan hukum syariat apapun kecuali sesuatu yang pasti maslahat, bahkan syariat Allah Azza wa Jalla adalah kemaslahatan itu sendiri.[3]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, al-Hakîm (Maha Bijaksana) maksudnya, (bijaksana) dalam semua perkataan, perbuatan,syariat maupun taqdir-Nya.[4]

Syaikh 'Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah (wafat 1376 H) ketika menjelaskan makna al-Hakîm pada surat al-Baqarah/2 ayat 32 mengatakan: “Al-Hakîm, artinya Dzat Yang Maha memiliki hikmah sempurna. Tidak ada satu makhlukpun yang keluar dari lingkaran hikmah Allah, dan tidak ada satu perintahpun yang keluar dari lingkup hikmah-Nya. Allah tidak pernah menciptakan sesuatupun kecuali untuk suatu hikmah, dan tidak pernah memerintahkan sesuatupun kecuali untuk suatu hikmah. Hikmah ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya yang pas”.[5]

Dari uraian makna di atas, berarti nama al-Hakîm mengandung dua sifat, yaitu Allah bersifat Maha menetapkan hukum, dan bersifat Maha bijaksana dalam hukum-Nya.

Hukum Allah ada dua. Yaitu hukum kauni (ketetapan taqdir) dan hukum syar’i (ketetapan syariat). Maka setiap ketetapan taqdir Allah pasti bijaksana, tepat dan adil. Misalnya, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mentaqdirkan seseorang beriman, berarti itulah yang paling tepat dan bijaksana. Demikian pula ketika, misalnya, Allah mentaqdirkan seseorang mati dalam keadaan kafir, maka itu pulalah yang paling adil, bijaksana dan tepat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang harus Dia lakukan. Dia Maha Mengetahui segala-galanya, baik berkaitan dengan perbuatan-perbuatan diri-Nya maupun berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para hamba-Nya.

Begitu pula, semua ketetapan syariat Allah, adalah syariat yang bijaksana, bagus dan tepat dipakai oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Syariat Allah tidak mengandung cacat sedikitpun, baik syariat yang berkaitan dengan pribadi, rumah tangga, sosial, politik, ekonomi dan lain-lainnya. Baik yang berkaitan dengan aqidah, ibadah maupun mu’amalah.

Apabila nama al-Hakîm digabungkan penyebutannya dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’alaainnya, maka akan memiliki kesempurnaan ganda. Misalnya apa yang disebutkan oleh Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr az-Zur’i ad-Dimasyqi rahimahullah. Beliau mengatakan:

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya Dialah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi ‘Alîm (Maha Mengetahui). [adz-Dzâriyât/51:30].

(Ayat ini) mengandung penetapan sifat hikmah dan ilmu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala , yang merupakan asas bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menciptakan dan memerintahkan. Artinya, apa saja yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan, semuanya terlahir dari ilmu dan hikmah-Nya. Begitu pula perintah serta syariat-Nya pun terlahir dari ilmu dan hikmah-Nya. Ilmu dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengandung semua sifat sempurna bagi Allah.

1. Karena ilmu Allah mengandung kesempurnaan sifat hidup bagi Allah dengan segala konsekuensinya seperti, sifat Maha Tegak (Qayyumiyyah), sifat Maha Kuasa (Qudrah), sifat kekal, sifat mendengar, melihat dan semua sifat lain yang menjadi konsekuensi dari ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sempurna.

2. Sedangkan sifat hikmah-Nya, mengandung kesempurnaan sifat iradah (kehendak), sifat adil, sifat kasih sayang, sifat berbuat ihsan, sifat pemurah, sifat berbuat kebajikan dan sifat selalu meletakkan segala sesuatu tepat pada tempatnya yang terbaik. Mencakup pula hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengutus semua rasul-Nya dan dalam menetapkan pahala serta siksa.[6]

Jadi, dengan penggabungan dua nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang umumnya terdapat pada penutup ayat, menunjukkan berlipatgandanya kesempurnaan Allah Azza wa Jalla . Padahal bila masing-masing nama Allah Subhanahu wa Ta’ala disebutkan secara sendiri-sendiri, maka sudah menunjukkan kesempurnaan secara khusus.

Ketika menyebutkan contoh penggabungan dua nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:

الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: Sesungguhnya banyak di dalam Al-Qur`ân, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggabungkan nama al-‘Azîz dan al-Hakîm. Maka masing-masing dari dua nama itu menunjukkan kesempurnaan khusus sesuai dengan tuntutan masing-masingnya, yaitu kesempurnaan sifat perkasa (‘izzah) pada nama al-‘Azîz, dan kesempurnaan hukum serta hikmah pada nama al-Hakîm. Penggabungan antara keduanya menunjukkan kesempurnaan lain, yaitu bahwa kesempurnaan sifat perkasa-Nya disertai dengan kesempurnaan sifat hikmah-Nya.

Dengan demikian, sifat perkasa (izzah) Allah Azza wa Jalla tidak menuntut adanya kezhaliman, kejahatan atau tindakan semena-mena. Tidak sebagaimana banyak dilakukan oleh para manusia yang menjadi raja perkasa. Biasanya keperkasaan seorang raja akan mendorongnya berbuat dosa; ia berbuat zhalim, jahat dan semena-mena.

Begitu pula hukum dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu disertai dengan kesempurnaan sifat perkasa-Nya. Berbeda dengan hukum serta hikmah (kebijaksanaan) manusia, akan senantiasa diwarnai kehinaan.[7]

Artinya, hukum dan kebijaksanaan (hikmah) manusia, bukan disebabkan oleh murni kekuatan dan keperkasaannya, namun senantiasa diwarnai oleh kelemahan dirinya. Misalnya karena tekanan, takut, atau membutuhkan pihak lain, maka suka atau tidak, ia harus menetapkan keputusan hukum atau harus bijaksana dalam menetapkan keputusan hukumnya. Sedangkan Allah tidak demikian. Hukum dan hikmah Allah murni karena kesempurnaan sifat perkasa (izzah)Nya. Begitu pula sifat perkasa Allah Azza wa Jalla , tidak pernah lepas dari sifat kuasa-Nya untuk menetapkan hukum dan untuk bersifat hikmah dalam menetapkan hukumNya. Allahu Akbar.

Karena itu, hendaklah kaum Muslimin senantiasa ingat akan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ; al-Hakîm, dan senantiasa berupaya menghayati nama-nama husna Allah serta sifat-sifat sempurna-Nya, supaya dengan demikian menjadi orang-orang yang benar-benar bertakwa.

Wa Billahi at-Taufîq.��������

Segera Melamar Atau Jadi Tau Undangan?

 Segera Melamar Atau Jadi Tamu Undangan.

Katanya suka..
Tapi tak segera melamar jua..

Bilangnya senang..
Tapi tak kunjung datang..

A. Ke Orang Tua.

Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda,

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَانْكِحُوْهُ

“Apabila datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian)..”

(HR. at-Tirmidzi: 1085, Silsilah ash-Shahihah: 1022 al-Albani)

Datangi orang tua atau walinya..

Bukan (cuma) terlibat buaian cinta dusta...

B. Gadis Maupun Janda.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُنْكَحُ اْلأَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ وَلاَ تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ.

"Tidak boleh janda dinikahkan sampai dimintai perintahnya.

Dan tidak boleh gadis dinikahkan hingga dimintai izinnya." 

Para sahabat bertanya,

"Wahai Rasulullah, bagaimana izinnya seorang gadis..?"

Beliau menjawab,
أَنْ تَسْكُتَ

"Jika ia diam.." (HR. al-Bukhari: 5136, Muslim: 1419)

Bagi orang tua, waspadai buah hati terlibat buaian cinta tanpa arah pasti..

Bagi lelaki, jangan malu ditolak dalam lamaran.

Bagi wanita, jangan mau tenggelam dalam kubangan kasih sayang yang belum halal.

Katakan dengan lantang,

"Datangi orang tuaku dan lamarlah daku.. Atau engkau menjadi tamu di walimahan pernikahanku.."

@sahabatilmu

Senin, 06 April 2015

Sang Musafir

. Sang Musafir!

Bismillah,
Wahai saudaraku ketahuilah..
Setiap dirimu adlah musafir
Setiap dirimu adlah perjalanan
Mk siapkan perbekalanmu skr
Sblm sesal krn kehabisan bekal

Ktika berat&terjal jlnmu..
Jadikanlah SABAR sbagai kendaraanmu
Jk lembut&datar jlnmu..
Mk jadikan SYUKUR adlah kudamu
Dan jk buntu jlnmu..
Mk jadikan TAWAKKAL adlah tungganganmu
Tp bila taqdir memotong jlnmu..
Mk jadikan RIDHO sbgai kerandamu
Semoga Allah merahmatimu

Wahai saudaraku
Sungguh sang musafir akan senantiasa dilanda badai & kelelahan..
"Km benar2 akan diuji pd hartamu&dirimu." (Ali 'imran, 186)
Tp jgnlah engkau mnghindari kematian dgn brmaksiat kpd Rabbmu..
Krn ktahuilah engkau psti mati jg..
Jgnlah berobat dgn yg haram!
Krn sembuh atau sehat niscaya engkau psti mati..
"Ssungguhnya engkau Muhammad akan mati & mrk pun akan mati pula." (Az Zumar, 30)
Mk bknlah wktu&tmpt yg hrs engkau khawatirkan..
Tp bgmn kematianmu dtg?!

Sadarilah wahai jiwa..
Siapa gerangan yg akan menunaikan sholat utkmu stelah engkau mati?
Siapa gerangan yg akan mempuasakanmu stlah engkau mati?
Siapa gerangan yg akan memintakan keridhoan Rabbmu utkmu stelah engkau mati?
Dari itu..
Ratapilah dirimu skr dlm sisa umurmu!
Sungguh kematian senantiasa mencarimu
Kuburan akan menjadi rumahmu
Tanah jd permadanimu & cacing2 akan menjadi tmnmu..
Sementara engkau sedang menanti dibangkitkan pd hr kengerian yg besar..

Mk jgnlah engkau mnjadi jiwa yg menyesal.. Tatkala kematianmu dtg krn tiada bekal..
"Dan hendaklah stiap jiwa mmperhatikan apa yg tlah diperbuatnya utk hr esok (akherat)." (Al Hasyr, 18)

Sungguh..
Tdk akan ada peristirahatan terakhir hingga kaki kananmu menapak di pintu surga..
Dan demi Rabbmu..
Sungguh engkau tdk akan prnah beristirahat jk kaki kirimu yg dahulu menginjak neraka..

Tabunglah amal sbgai bekal!
Utk peristirahatan yg kekal..
Yg dlm Alqur'an dibahasakan.."Kekal, abadi selama-lamanya.."

Utk sang musafir..yg trkadang lalai mikir..

::Indahnya Islam,bagi kaum yg brfikir::

Jumat, 03 April 2015

ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ

ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ
ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ
ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ
ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ
ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ
ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ
ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢ ﺍَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍَﻟﻠّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﯿْﻢallaahumma shalli 'ala sayyidina muhammad.
Bismillah..
Terlalu indah dilupakan...
Kawan...tertulis mulai hari ini 4april2015.
12.43pm.
Saya tak boleh berkomunikasi,bertegur sapa.Apa yang kalian lakukan saya tak kesah.saya tak perduli.saya tak boleh sibuk cari tau pasal korang.maafkan semua kesilapn saya.lupakan apa yang terjadi sebelum ini.
Saya bertobat atas apa yang saya lakukan.semoga kalian ridho.
Makasih kawan..you my motivation.
Semoga sukses...tercapai segala cita cita korang...titip namaku dalam sujudmu.
I will remember you.