Sabtu, 07 Juni 2014

~KISAH~

Pada zaman Rasulullah SAW
hiduplah
seorang pemuda yang bernama
Zahid
yang berumur 35 tahun namun
belum juga
menikah. Dia tinggal di Suffah
masjid
Madinah. Ketika sedang
memperkilat
pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW
datang dan mengucapkan salam.
Zahid kaget dan menjawabnya
agak
gugup.
“Wahai saudaraku Zahid,selama ini
engkau
sendiri saja,” Rasulullah SAW
menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,”
kata
Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama
ini
engkau membujang saja, apakah
engkau
tidak ingin menikah?,” kata
Rasulullah
SAW.Zahid menjawab, “Ya
Rasulullah, aku
ini seorang yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap dan wajahku
jelek, siapa
yang mau denganku ya Rasulullah?”
”Asal engkau mau, itu urusan yang
mudah!” kata Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW
memerintahkan
sekretarisnya untuk membuat surat
yang
isinya adalah melamar kepada
wanita
yang bernama Zulfah binti Said,
anak
seorang bangsawan Madinah yang
terkenal kaya raya dan terkenal
sangat
cantik jelita.
Akhirnya, surat itu dibawah ke
rumah
Zahiddan oleh Zahid dibawa
kerumah
Said. Karena di rumah Said sedang
ada
tamu, maka Zahid setelah
memberikan
salam kemudian memberikan surat
tersebut dan diterima di depan
rumah
Said.
“Wahai saudaraku Said, aku
membawa
surat dari Rasul yang mulia
diberikan
untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu
kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan
dibacanya.
Ketika membaca surat tersebut,
Said agak
terperanjat karena tradisi Arab
perkawinan yang selama ini
biasanya
seorang bangsawan harus kawin
dengan
keturunan bangsawan dan yang
kaya
harus kawin dengan orang kaya,
itulah
yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada
Zahid,
“Wahai saudaraku, betulkah surat
ini dari
Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau
pernah
melihat aku berbohong?.”
Dalam suasana yang seperti itu
Zulfah
datang dan berkata, “Wahai ayah,
kenapa
sedikit tegang terhadap tamu ini?
bukankah lebih baik disuruh
masuk?”
“Wahai anakku, ini adalah seorang
pemuda
yang sedang melamar engkau
supaya
engkau menjadi istrinya,” kata
ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid
sambil
menangis sejadi-jadinya dan
berkata,
“Wahai ayah, banyak pemuda yang
tampan dan kaya raya semuanya
menginginkan aku, aku tak mau
ayah..!”
dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid,
“Wahai
saudaraku, engkau tahu sendiri
anakku
tidak mau, bukan aku
menghalanginya
dan sampaikan kepada Rasulullah
bahwa
lamaranmu ditolak.” Mendengar
nama
Rasul disebut ayahnya, Zulfah
berhenti
menangis dan bertanya kepada
ayahnya,
“Wahai ayah, mengapa membawa-
bawa
nama rasul?”
Akhirnya Said berkata, “Ini yang
melamarmu adalah perintah
Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa
kali dan
menyesal atas kelancangan
perbuatannya
itu dan berkata kepada ayahnya,
“Wahai
ayah, kenapa sejak tadi ayah
berkata
bahwa yang melamar ini Rasulullah,
kalau
begitu segera aku harus dikawinkan
dengan pemuda ini. Karena ingat
firman
Allah dalam Al-Qur’an surat An-
Nur (24) :
51.
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺩُﻋُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ
ﻟِﻴَﺤْﻜُﻢَ
ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
“Sesungguhnya jawaban orang-
orang
mukmin, bila mereka dipanggil
kepada
Allah dan Rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) diantara
mereka
ialah ucapan. Kami mendengar,
dan kami
patuh/taat. Dan mereka itulah
orang-
orang yang beruntung."
Zahid pada hari itu merasa
jiwanya
melayang ke angkasa dan baru kali
ini
merasakan bahagia yang tiada tara
dan
segera pamit pulang. Sampai di
masjid ia
bersujud syukur. Rasul yang mulia
tersenyum melihat gerak-gerik
Zahid yang
berbeda dari biasanya.“Bagaimana
Zahid?”“Alhamdulillah diterima ya
rasul,”
jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”Zahid
menundukkan kepala sambil
berkata, “Ya
Rasul, kami tidak memiliki apa-
apa.”
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya
pergi ke
Abu Bakar, Ustman, dan
Abdurrahman bi
Auf. Setelah mendapatkan uang
yang
cukup banyak, Zahid pergi ke pasar
untuk
membeli persiapan perkawinan.
Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW
menyerukan umat Islam untuk
menghadapi
kaum kafir yang akan
menghancurkan
Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia
melihat
kaum Muslimin sudah siap-siap
dengan
perlengkapan senjata, Zahid
bertanya,
“Ada apa ini?”Sahabat menjawab,
“Wahai
Zahid, hari ini orang kafir akan
menghancurkan kita, maka apakah
engkau
tidak mengerti?”.
Zahid istighfar beberapa kali sambil
berkata, “Wah kalau begitu
perlengkapan
kawin ini akan aku jual dan akan
kubelikan
kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya,
“Wahai
Zahid, nanti malam kamu berbulan
madu,
tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu
tidak
mungkin!” Lalu Zahid menyitir ayat
sebagai berikut,
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺁَﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎﺅُﻛُﻢْﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ
ﻭَﻋَﺸِﻴﺮَﺗُﻜُﻢْ
ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻝٌ ﺍﻗْﺘَﺮَﻓْﺘُﻤُﻮﻩﺍَ ﻭَﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﻛَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻭَﻣَﺴَﺎﻛِﻦُ
ﺗَﺮْﺿَﻮْﻧَﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺟِﻬَﺎﺩٍ ﻓِﻲ
ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ
ﻓَﺘَﺮَﺑَّﺼُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻩِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ
ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَ
“Jika bapak-bapak, anak-anak,
suadara-
saudara, istri-istri kaum
keluargamu,
harta kekayaan yang kamu
usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya dan rumah-rumah
tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih
baik kamu cintai daripada Allah
dan
Rasul-Nya (dari) berjihad di
jalan-Nya.
Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan
Allah
tidak memberi petunjuk kepada
orang-
orang fasik.” (QS. At-Taubah
( 9):24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke
medan
pertempuran dan mati syahid di
jalan
Allah.
Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid
sedang
berbulan madu dengan bidadari
yang
lebih cantik daripada Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-
Qur’an
surat Ali-imran : 169-170 dan Al-
Baqarah : 154;
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺤْﺴَﺒَﻦَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗُﺘِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻣْﻮَﺍﺗًﺎ ﺑَﻞْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀٌ
ﻋِﻨْﺪَ
ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳُﺮْﺯَﻗُﻮﻥَ () ﻓَﺮِﺣِﻴﻦَ ﺑِﻤَﺎ ﺁَﺗَﺎﻫُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ
ﻭَﻳَﺴْﺘَﺒْﺸِﺮُﻭ
ﻥَ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻢْ ﻳَﻠْﺤَﻘُﻮﺍ ﺑِﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻬِﻢْ ﺃَﻟَّﺎ ﺧَﻮْﻑٌ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻟَﺎ
ﻫُﻢْ
ﻳَﺤْﺰَﻧُﻮﻥَ
“Janganlah kamu mengira bahwa
orang-
orang yang gugur dijalan Allah itu
mati,
bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya
dengan mendapat rizki. Mereka
dalam
keadaan gembira disebabkan
karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan
mereka bergirang hati terhadap
orang-
orang yang masih tinggal dibelakang
yang
belum menyusul mereka dan tidak
(pula)
mereka bersedih hati.” (QS 3:
169-170).
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻟِﻤَﻦْ ﻳُﻘْﺘَﻞُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻣْﻮَﺍﺕٌ ﺑَﻞْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀٌ
ﻭَﻟَﻜِﻦْ
ﻟَﺎ ﺗَﺸْﻌُﺮُﻭﻥَ
“Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap orang-orang yang gugur
di
jalan Allah, (bahwa mereka itu)
mati,
bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup,
tetapi kamu tidak
menyadarinya.” (QS.
2:154).
Pada saat itulah para sahabat
meneteskan air mata dan
Zulfahpun
berkata, “Ya Allah, alangkah
bahagianya
calon suamiku itu, jika aku tidak
bisa
mendampinginya di dunia
izinkanlah aku
mendampinginya di akhirat.”
kisah yang mengharu biru...semoga
kita
mampu untuk mengikuti jejak-
jejak
mereka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar