Jumat, 18 September 2015

Poligami & Kebahagiaan seorang wanita

Poligami dan Kebahagiaan Seorang Wanita

#Kebahagiaan seorang wanita bukanlah karena ia 'diesakan' atau dipoligami, tapi karena iman dan amal shalih yang ia kerjakan.

#Adapun bagi seorang lelaki maka poligami adalah kebahagiaan karena termasuk amal shalih dan solusi syar'i untuk menjaga kesucian diri dan masyarakat.
Karena poligami adalah mengamalkan perintah Allah 'azza wa jalla dalam firman-Nya,

ﻓَﺎﻧْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻃَﺎﺏَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻭَﺛُﻠَﺎﺙَ ﻭَﺭُﺑَﺎﻉَ
"Maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian senangi, dua atau tiga atau empat." [An-Nisa: 3]
#Dan termasuk dalam sunnah Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam untuk menjaga pandangan dan kemaluan dengan menikah, sebagaima sabda beliau,

ﻳَﺎ ﻣَﻌْﺸَﺮَ ﺍﻟﺸَّﺒَﺎﺏِ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﺎﻉَ ﻣِﻨْﻜُﻢُ ﺍﻟْﺒَﺎﺀَﺓَ ﻓَﻠْﻴَﺘَﺰَﻭَّﺝْ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺃَﻏَﺾُّ ﻟِﻠْﺒَﺼَﺮِ ﻭَﺃَﺣْﺼَﻦُ ﻟِﻠْﻔَﺮْﺝِ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟﺼَّﻮْﻡِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﻪُ ﻭِﺟَﺎﺀٌ
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah mampu hendaklah ia segera menikah, karena menikah itu akan lebih menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi perisai baginya." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu]

#Pada kenyataannya, berapa banyak wanita yang 'diesakan' tapi hidupnya tak bahagia, yang lebih parah lagi jika ia merasa bahagia dengan kemaksiatan.
#Berapa banyak pula kaum lelaki yang tidak berpoligami tapi tak mampu membahagiakan istrinya, tidak mendidik istrinya untuk beriman dan beramal shalih.

#Maka camkan selalu dalam hidupmu wahai wanita yang beriman, kunci kebahagiaan yang hakiki adalah iman dan amal shalih, bukan hanya kebahagiaan di dunia tapi juga kebahagiaan di akhirat, sebagaimana firman Allah ta'ala,

ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﺃَﻭْ ﺃُﻧْﺜَﻰ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﻓَﻠَﻨُﺤْﻴِﻴَﻦَّﻩُ ﺣَﻴَﺎﺓً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﻭَﻟَﻨَﺠْﺰِﻳَﻦَّﻫُﻢْ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]

Tidak jarang prahara rumah tangga dan kasus perceraian terjadi bukan karena sang suami berpoligami, bahkan tidak jarang pula terjadi karena suami 'diteror' istri karena mau poligami, akhirnya sang suami mengambil jalan pintas, jalan belakang yang haram.

Sebaliknya, sejarah mencatat bahwa keluarga terbaik, keluarga yang paling harmonis, pasangan suami istri yang paling ideal, dan sebaik-baiknya kehidupan berkeluarga untuk diteladani sepanjang masa adalah keluarga yang berpoligami, yaitu keluarga Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu'an
hum.
Sahabat yang Mulia Ibnu Abbas radhiyallaahu'anhuma berkata,

ﻓَﺘَﺰَﻭَّﺝْ ﻓَﺈِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻷُﻣَّﺔِ ﺃَﻛْﺜَﺮُﻫَﺎ ﻧِﺴَﺎﺀً
“Menikahlah, karena sesungguhnya sebaik-baik umat ini adalah yang paling banyak istrinya (yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam).” [Diriwayatkan Al-Bukhari]

Sebagaimana wanita-wanita yang paling bahagia di dunia dan akhirat adalah istri-istri Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu'anhum.
#Kuncinya adalah iman dan amal shalih, yaitu senantiasa berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, itulah yang menjadikan mereka meraih kebahagiaan dan keharmonisan dalam rumah tangga.
Asy-Syaikh Al-Faqih Sulaiman Ar-Ruhaili hafizhahullah berkata,

ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻷﺯﻭﺍﺝ ﻭﺍﻟﺰﻭﺟﺎﺕ ﻟﻴﻜﻦ ﻣﺒﺪﺃﻛﻢ ﺍﻟﻌﺸﺮﺓ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﺳﻌﺎﺩﺓ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻭﻃﻤﺄﻧﻴﻨﺘﻪ ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﻘﺮ ﻗﻠﺐ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﻘﺮ ﺍﻟﺒﻴﺖ، ﻭﻟﻦ ﻳﺴﺘﻘﺮ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﺇﻻ ﺑﺄﻥ ﺗﺠﺘﻤﻊ ﺍﻷﺳﺮﺓ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺤﺒﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺸﺮﺓ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ
“Wahai segenap suami dan istri, jadikanlah prinsip utama kalian pergaulan yang baik serta meraih kebahagian dan ketenangan rumah tangga, karena demi Allah, tidak akan tenang hati seseorang sampai tenang rumah tangganya, dan tidak akan pernah tenang sebuah rumah tangga kecuali dengan bersatunya keluarga di atas kitab Allah ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, serta di atas kecintaan dan pergaulan yang baik.” [Rekaman Tanya Jawab Tafshilun Jamil fi Masalati Khidmatiz Zaujah li Zaujiha]
#Dan sebaliknya, sebab terbesar kehancuran rumah tangga dan retaknya hubungan kasih sayang adalah maksiat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam,

ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺲُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻣَﺎ ﺗَﻮَﺍﺩَّ ﺍﺛْﻨَﺎﻥِ ﻓَﻔُﺮِّﻕَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ، ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺬَﻧْﺐٍ ﻳُﺤْﺪِﺛُﻪُ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ
“Demi (Allah) yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah dua orang saling mencintai, lalu terceraikan antara keduanya, kecuali karena dosa yang dilakukan salah satunya.” [HR. Ahmad dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahih At-Targhib: 3495]

Kemudian camkan dengan baik wahai wanita yang beriman, kebahagiaan yang hakiki dan kesuksesan yang sejati bukanlah di dunia ini, tapi di negeri akhirat yang kekal, apabila kita selamat dari azab neraka dan masuk surga, sebagaimana firman Allah ta'ala,

ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺍﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗُﻮَﻓَّﻮْﻥَ ﺃُﺟُﻮﺭَﻛُﻢْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻓَﻤَﻦْ ﺯُﺣْﺰِﺡَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺃُﺩْﺧِﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali Imron: 185]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar