Selasa, 21 November 2017

Rezeki Dan Jodoh

Apakah Rezeki & Jodoh Sudah Tercatat?
#
Apakah rezeki dan jodoh sudah termaktub di Lauhul Mahfuzh? Apakah telah tercatat bahwa saya akan menikah dengan si Fulanah tertentu misalnya? Adakah rezeki itu ditentukan atau tergantung dengan usaha dan kepayahan seseorang? Apakah dalilnya?
asy-syaikh muhammad bin shalih al-utsaimin rahimahullah menjawab:
“Sejak Allah ‘azza wa jalla menciptakan pena, segala sesuatu sampai hari kiamat sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh. Sebab, saat pertama kali menciptakan pena, Allah ‘azza wa jalla berfirman kepada pena,
ﺍُﻛْﺘُﺐْ . ﻗَﺎﻝَ : ﺭَﺑِّﻲ ﻭَﻣَﺎﺫَﺍ ﺃَﻛْﺘُﺐُ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍُﻛْﺘُﺐْ ﻣَﺎ ﻫُﻮَﻛَﺎِﺋﻦٌ . ﻓَﺠَﺮَﻯ ﻓِﻲ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ ﻣِﻤَّﺎ ﻫُﻮَ ﻛَﺎﺋِﻦٌ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻣِﺎﻟْﻘِﻴَﺎﻡ َﺓِ.
“Tulislah!”
Pena bertanya, “Wahai Rabbku, apakah yang harus aku tulis?”
Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Tulislah apa saja yang akan terjadi.”
Berjalanlah pena pada saat itu menuliskan apa yang akan terjadi sampai hari kiamat.[1]
Ada kabar yang pasti dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa apabila telah berlalu empat bulan dari usia janin dalam rahim ibunya, Allah ‘azza wa jallamengutus seorang malaikat yang akan meniupkan ruh pada si janin dan menuliskan rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya[2].
Rezeki sudah tercatat,tidak bertambah dan tidak berkurang. Akan tetapi, Allah ‘azza wa jalla menjadikan sebab-sebab yang dapat menambah dan mengurangi rezeki. Di antara sebabnya adalah seseorang bekerja untuk mencari rezeki, sebagaimana Allah ‘azza wa jallaberfirman,
ﻫُﻮَ ﭐﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ ﭐﻟۡﺄَﺭۡﺽَ ﺫَﻟُﻮﻟٗﺎ ﻓَﭑﻣۡﺸُﻮﺍْ ﻓِﻲ ﻣَﻨَﺎﻛِﺒِﻬَﺎ ﻭَﻛُﻠُﻮﺍْ ﻣِﻦ ﺭِّﺯۡﻗِﻪِۦۖ ﻭَﺇِﻟَﻴۡﻪِ ﭐﻟﻨُّﺸُﻮﺭُ ١٥
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah untuk kalian, maka berjalanlah di penjurunya (untuk berusaha) dan makanlah dari rezeki yang Allah karuniakan dan hanya kepada-Nya (kalian) kembali setelah dibangkitkan.” (al-Mulk: 15)
Temasuk sebab pula adalah menyambung hubungan rahim (silaturahim) dalam bentuk birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua) dan menyambung hubungan dengan kerabat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﺴَﻂَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﻳُﻨْﺴَﺄَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛَﺮِﻫِﻔَﻠْﻴَﺺْﻝِ ﺭَﺣِﻤَﻪُ
“Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung rahimnya (silaturahim).”[3]
Temasuk sebab beroleh rezeki adalah bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla. Dia ‘azza wa jalla janjikan dalam firman-Nya,
ﻭَﻣَﻦ ﻳَﺘَّﻖِ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠۡﻌَﻞ ﻟَّﻪُۥ ﻣَﺨۡﺮَﺟٗﺎ ٢ ﻭَﻳَﺮۡﺯُﻗۡﻪُ ﻣِﻦۡ ﺣَﻴۡﺚُ ﻟَﺎ ﻳَﺤۡﺘَﺴِﺐُۚ
“Siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan jadikan baginya jalan keluar dan Allah akan beri rezeki dari arah yang tidak dia sangka.” (ath-Thalaq: 2—3)
Namun janganlah dikatakan bahwa rezeki sudah tercatat dan sudah ditentukan sehingga kita tidak perlu melakukan sebab-sebab (upaya) yang bisa menyampaikan kepada rezeki tersebut. Sebab, sikap seperti itu termasuk kelemahan. Sikap yang cerdas dan menunjukkan kekokohan adalah kita berusaha menempuh sebab yang mengantarkan menuju rezeki kita dan melakukan hal yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ﺍﻟْﻜَﻴِّﺲُ ﻣَﻦْ ﺩَﺍﻥَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ، ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُﻣَﻦْ ﺃَﺗْﺒَﻊَ ﻧَﻔْﺴُﻪُ ﻫَﻮَﺍﻫَﺎ ﻭَﺗَﻤَﻨَّﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﺄَﻣَﺎﻧِﻲ
“Orang yang cerdas adalah yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk persiapan kehidupan setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah yang mengikuti keinginan hawa nafsunya lantas mengharapkan dari Allah angan-angannya.
”[4]
Sebagaimana rezeki telah tercatat dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya, demikian pula jodoh. Ia telah tercatat dan ditakdirkan dengan sebab-sebabnya. Setiap orang telah tercatat pasangan hidupnya, telah ditentukan dengan siapa dia akan menikah. Tidaklah tersembunyi bagi Allah ‘azza wa jalla sesuatu pun yang ada di bumi dan yang ada di langit.
(Fatawa asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, 2/752)
Cha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar