Selasa, 21 Oktober 2014

Cinta Sejati

Dikirim: Ummu Yusuf Wikayatu Diny
Muroja’ah: Ust Aris Munandar
Adalah kebahagiaan seorang laki-laki
ketika Allah menganugrahkannya seorang
istri yang apabila ia memandangnya, ia
merasa semakin sayang. Kepenatan
selama di luar rumah terkikis ketika
memandang wajah istri yang tercinta.
Kesenangan di luar tak menjadikan suami
merasa jengah di rumah. Sebab surga
ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku
surgaku).
Kebahagiaan ini lahir dari istri yang
apabila suami memandangnya, membuat
suami bertambah kuat jalinan
perasaannya. Wajah istri adalah
keteduhan, telaga yang memberi
kesejukan ketika suami mengalami
kegerahan. Lalu apakah yang ada pada
diri seorang istri, sehingga ketika suami
memandangnya semakin besar rasa
sayangnya? Konon, seorang laki-laki
akan mudah terkesan oleh kecantikan
wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang
laki-laki jika ia memiliki istri yang
berwajah memikat.
Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua
hal. Pertama, bantahan berupa fakta-
fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Konon, Christina Onassis, mempunyai
wajah yang sangat cantik. Ia juga
memiliki kekayaan yang sangat besar.
Mendiang ayahnya meninggalkan harta
warisan yang berlimpah, antara lain
kapal pesiar pribadi, dan pulau milik
pribadi juga. Telah beberapa kali
menikah, tetapi Christina harus
menghadapi kenyataan pahit. Seluruh
pernikahannya berakhir dengan
kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah
hidupnya dengan satu keputusan: bunuh
diri.
Kecantikan wajah Christina tidak
membuat suaminya semakin sayang ketika
memandangnya. Jalinan perasaan antara
ia dan suami-suaminya tidak pernah
kuat.
Kasus ini memberikan ibroh kepada kita
bahwa bukan kecantikan wajah secara
fisik yang dapat membuat suami semakin
sayang ketika memandangnya. Ada yang
bersifat psikis, atau lebih tepatnya
bersifat qalbiyyah!
Bantahan kedua, sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang
wanita dinikahi karena empat hal; karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan agamanya. Maka pilihlah yang taat
beragama niscaya kamu akan
beruntung.” (HR. bukhari, Muslim)
Hadist di atas sebagai penguat bahwa
kesejukan ketika memandang sehingga
perasaan suami semakin sayang, letaknya
bukan pada keelokan rupa secara zhahir.
Ada yang bersifat bathiniyyah.
Dengan demikian wahai saudariku
muslimah, tidak mesti kita harus
mempercantik diri dengan alat kosmetik
atau dengan menggunakan gaun-gaun
aduhai yang akhirnya akan membawa
kita pada sikap berlebihan pada hal yang
halal bahkan menyebabkan kita menjadi
lalai dan meninggalkan segala yang
bermanfaat dalam perkara-perkara
akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak
berarti kita meninggalkan perawatan diri
dengan menjaga fitrah manusia, dengan
menjaga kebersihan, kesegaran dan
keharuman tubuh yang akhirnya
melalaikan diri dalam menjaga hak suami.
Ada yang lebih berarti dari semua itu,
ada yang lebih penting untuk kita
lakukan demi mendapatkan cinta suami.
Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri
seorang wanita adalah sesuatu pengaruh
yang terbit dari dalam jiwa dengan
segala kemuliaannya dan mempunyai
harga diri, dapat menjaga diri, suci,
bersih, dan membuat kehidupan lebih
tinggi di atas egonya.
Untuk itulah saudariku muslimah…
Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu
dengan cinta dan kasih sayang serta
tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah
seperti jiwamu yang penuh dengan
kebaikan, perhatian serta kelembutan.
Bukankah kita telah melihat contoh-
contoh yang gemilang dari pribadi-
pribadi yang kuat dari para shahabiyyah
radiyallahu ‘anhunna…?
Janganlah engkau penuhi dirimu dengan
ahlak yang selalu sedih dan gelisah,
banyak pengaduan dan keluh kesah dan
selalu mengancam, karena hal tersebut
akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah
untuk kehidupan. Seperti kuatnya para
shahabiyyah dalam menghadapi
kehidupan yang keras dan betapa
kuatnya wanita-wanita yang lembut itu
mempertahankan agamanya…
Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama.
Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang
diajarkan Islam, yang diawali dengan
sifat keimanan. Sebagaimana firman
Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah
menjadikan kamu cinta kepada keimanan
dan menjadikan iman itu indah dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)
Apabila keimanan telah benar-benar
terpatri dalam hati, maka akan
tumbuhlah sifat-sifat indah yang
menghiasi diri manusia, mulai dari
Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur,
Terhormat, Berani, Sabar, Lemah
Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga
Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji
lainnya yang tidak mungkin disebut satu-
persatu. Semuanya adalah nikmat Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan
kepada hamba-hambanya agar dapat
bahagia hidup di dunia dan akhirat.
Wanita benar-benar sangat
diuntungkan, karena ia memiliki
kesempatan yang lebih besar dalam hal
perhiasan jiwa dengan arti yang
sesungguhnya, yaitu ketika wanita
memiliki sifat-sifat terpuji yang
mengangkat derajatnya ke puncak
kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu
yang dapat menghancurkanya dan
menghilangkan rasa malunya….!
Saudariku… jika engkau telah menikah,
maka nasihat ini untuk mengingatkanmu
agar engkau selalu menampilkan
kecantikan dirimu dengan kecantikan
sejati yang berasal dari dalam jiwamu,
bukan dengan kecantikan sebab yang
akan lenyap dengan lenyapnya sebab.
Saudariku… jika saat ini Allah belum
mengaruniai engkau jodoh seorang suami
yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu
untuk menjadi istri yang sholihah dengan
memperbaiki diri dari kekurangan yang
dimiliki lalu tutuplah ia dengan
memunculkan potensi yang engkau miliki
untuk mendekatkan dirimu kepada Yang
Maha Rahman, mempercantik diri dengan
ketakwaan kepada Allah yang dengannya
akan tumbuh keimanan dalam hatimu
sehingga engkau dapat menghiasi dirimu
dengan akhlak yang mulia.
Saudariku… ini adalah sebuah nasihat
yang apabila engkau mengambilnya maka
tidak ada yang akan diuntungkan
melainkan dirimu sendiri.
Disalin dari: Buletin al-Izzah edisi no16/
thn III/Muharram 1425 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar